Sabtu, 31 Desember 2016

Manusia dan Filsafat

Karenan manusia itu memiliki akal pikiran yang senantiasa bergolak dan berpikir, dan karena situasi dan kondisi alam di mana dia hidup selalu berubah-rubah dan penuh dengan peristiwa-peristiwa penting bahkan dahsyat, yang kadang-kadang dia tidak kuasa untuk menantang dan menolaknya, menyebabkan manusia itu tertegun, termenung, memikirkan segala hal yang terjadi di sekitar dirinya. Dipandangnya tanah tempat dia berpijak, dilihatnya bahwa segala sesuatu tumbuh di atasnya, berkembang, berbuah, dan melimpah ruah. Segala peristiwa berlaku di atas permukaannya. Dan didalam siang dan malamnya dia menyaksikan kebaikan dan keburukan, kebaktian dan kejahatan, sehat dan sakit, suka dan duka, malang dan senang, hidup dan mati, dan sebagainya, yang meliputi dan melingkupi kehidupan manusia. Hal-hal seperti itulah yang menakjubkan manusia, menyebabkan dia termenung, merenungkan segala sesuatu. Dia berpikir dan berpikir, sepanjang masa dan sepanjang zaman. Dia memikirkan dirinya sebagai mikro-kosmos dan memikirkan jagat raya sebagai makro-kosmos. Dia memikirkan juga alam ghaib, alam di balik dunia yang nyata ini, alam metafisika. Dan diapun mulai membangun pemikiran filsafat.

Di dalam sejarah umat manusia, setelah kemampuan intelektual dan kemakmuran manusia meningkat tinggi, maka tampillah manusia-manusia unggul merenung dan memikir, menganalisa, membahas dan mengupas berbagai problema dan permasalahan hidup dan kehidupan, sosial kemasyarakatan, alam semesta, dan jagat raya. Maka lahirlah untuk pertama kalinya filsafat alam periode pertama, selanjutnya filsafat alam periode kedua, lalu Shopisme, kemudian filsafat klasik, yang bermula kurang lebih enam abad sebelum masehi.

Plato telah melahirkan filsafat yang bertolak pangkal kepada idea, dan filsafatnya disebut Idealisme. Pokok pikiran yang terkandung dalam filsafat ini, ialah : bahwa apa saja yang ada di dalam alam ini, bukanlah benda yang sebenarnya, yang berada dibalik benda itu, yang disebut idea. Jadi benda yang berada dibalik benda itu, yaitu dunia idea, disitulah terletak hakekat benda itu yang sebenarnya.

Sebaliknya, Aristoteles berlawanan dengan gurunya Plato, mengatakan bahwa semua benda-benda yang kita saksikan setiap hari dalam pengalaman hidup kita, adalah benda-benda yang betul-betul ada dan nyata, dan bukan bayangan atau khayalan belaka. Lalu Aristoteles membagi membagi adanya benda-benda itu kepada berbagai macam lingkungan, seperti : Fisika, Biologi, Etika, Politik, Psikologi, dan sebagainya. Oleh karena paham Aristoteles ini berpijak kepada kenyataan yang berada di dunia nyata, maka dia disebut ; Aliran filsafat Realisme.

Kedua aliran filsafat ini kemudian dikembangkan oleh ahli-ahli filsafat yang datang kemudian, terutama di Jerman, Inggris, dan Amerika. Dan kemudian muncul pula aliran-aliran filsafat dengan nama dan versi baru, tapi masih berlandaskan kepada ajaran Idealisme atau Realisme, seperti, Essensialisme, Existensialisme, Experimentalisme, dan lain-lain sebagainya. Hampir semua aliran filsafat ini membicarakan masalah pendidikan dan memikirkan teori-teori untuk melaksanakan pendidikan menurut pendapat dan paham yang mereka anut dan yakini dapat membentuk dan membina akal pikiran anak didik yang akan mendatangkan kemajuan dan kebahagiaan bagi mereka itu di belakang hari. Tetapi sejak kurang lebih dua puluh lima abad yang lalu, seorang bijaksana unggul yang agung dalam pemikirannya, yaitu Aristoteles sendiri, telah memperingatkan bahwa : 

” Orang tidak sama sekali setuju tentang hal-hal yang akan di ajarkan, apakah kita memandang kepada kebaikan atau kehidupan terbaik. Tidak ada kepastian apakah pendidikan itu lebih bersangkut paut dengan intelektualitas atau dengan kebajikan moral. Praktek yang berjalan sekarang membingungkan, tidak seorang pun yang tahu atas landasan prinsip apa kita akan maju – apakah yang berguna dalam kehidupan, apakah kebajikan, ataukah pengetahuan yang lebih tinggi, yang akan menjadi tujuan dari pengajaran kita, ketiga pendapat itu kesemuanya memikat perhatian orang. Lagi pula, tentang cara-caranya, tidak terdapat kesepakatan, karena bagi orang-orang yang berlain-lainan, memulai dengan ide yang berbeda-beda sudah tentu tidak akan bersesuaian dalam prakteknya”.


Di samping itu Aristoteles dan orang-orang yang semasa dengan dia, banyak berpendapat akan sukarlah untuk setuju dengan semacam pendidikan yang tetap, untuk anak didik, karena kondisi sosial dimasa itupun berada dalam keadaan perubahan yang tepat. Keadaan politik sedang dalam situasi perubahan dari aristokratik ke demokrasi. Ekonomi dan perdagangan maju pesat yang mengangkat derajat Yunani dengan cepat kepada kedudukan pemimpin di laut Mediterranean sebelah timur. Keunggulan bangsa Yunani dimasa itu telah membawa bangsa itu ke dalam kancah konflik internasional, yang akhirnya nanti, berkemungkinan besar akan menyeretnya ke dalam peperangan internasional. Dalam bidang pendidikan, timbul pertanyaan yang mendasar, apakah sistem pendidikan tradisional yang stereo type atau tiruan ini akan dapat menyesuaikan diri dengan dunia baru ke arah mana pada masa itu bangsa Yunani sedang menuju, ataukah zaman baru itu menuntut adanya perubahan di dalam system pendidikan mereka?.

Demikian pulallah proses kehidupan umat manusia di abad kedua puluh ini, semuanya mengalami perubahan-perubahan yang drastis. Kebangunan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mendorong proses kehidupan umat manusia di atas permukaan plane bumi ini ratusan tahun lebih maju dari abad-abad sebelumnya. Dua kali perang dunia telah merubah status permukaan bumi secara drastis. Kemauan teknologi telah mendekatkan jarak jarak bumi menjadi dekat sekali, seperti di sebelah rumah saja. Apa yang terjadi di suatu negara pada detik ini dan saat itu juga telah diketahui oleh negara-negara lain di dunia ini. Penjajahan ruang angkasa telah memungkinkan manusia bumi berkelana ke bulan dan ke planet-planet lain dengan peralatan teknologi modern. Dengan teknologi komputer dan robot, kita seolah olah sudah berada di dunia lain, dan banyak permasalahan yang sebelumnya mustahil rasanya dapat dipecahkan, sekarang sudah bukan masalah lagi. Dunia semakin sempit dan jarak-jarak sudah tidak ada yang jauh lagi. Di dalam teknologi persenjataan, kita mengetahui adanya peluru-peluru kendali yang dapat ditembakan dimana saja dengan tujuan ke mana saja di seluruh penjuru dan pojok dunia ini. Dan tidak ada suatu tempat pun yang dapat luput dari sasaran, betapapun jauh dan tersembunyinya sasaran itu. Dengan persenjataan nuklir dan konsep perang bintang atau kartika yudha apakah dunia mendekati akhirnya ? itulah pertanyaan besar yang belum ada seorangpun berani menjawabnya.

Jadi untuk menghadapi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat sudah jelas sistem pendidikan, teori pendidikan, dan filsafat pendidikan harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi dunia sekarang ini. Sistem pendidikan, teori pendidikan, filsafat pendidikan dan peralatan pendidikan tradisional sudah jelas tidak akan dapat menjawab tantangan zaman sekarang kita hadapi.
Demikian pula dengan proses kehidupan manusia Indonesia dewasa ini. Setelah usai perang dunia kedua, kita dipaksa oleh keadaan untuk berjuang mempertahankan kemerdekaan yang telah kita proklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. Dan kitapun akhirnya merdeka penuh, seratus persen. Dari bangsa jajahan kita menjadi bangsa merdeka. Tanggung jawab kita menjadi bertambah berat, sebab segala urusan besar dan kecil sydah berada di tangan bangsa kita sendiri. Sakit senang, suka duka, berat ringan tanggung jawab sudah terpikul di atas pundak kita sendiri. Termasuk tanggung jawab kita yang berat adalah bidang pendidikan. Banyak sekolah-sekolah dari segala jenis pendidikan harus kita adakan dari yang rendah hingga pendidikan Universitas. Semuanya harus disesuaikan dengan suasana baru, suasana bangsa yang merdeka, tapi dalam bidang pendidikan jauh tertinggal dari bangsa-bangsa lain. Kurikulum harus dirubah, cara berpikir harus dirubah, sistem, teori, dan filsafat pendidikan harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi baru, abad komputer dan teknologi maju. Meskipun dengan beban berat di atas pundak, kita harus maju terus menuju cita-cita dan mewujudkannya menjadi kenyataan di bumi Pertiwi kita Indonesia tercinta

Hubungan Filsafat dan Agama


Agama dan filsafat memainkan peran yang mendasar dan fundamental dalam sejarah dan kehidupan manusia. Orang-orang yang mengetahui secara mendalam tentang sejarah agama dan filsafat niscaya memahami secara benar bahwa pembahasan ini sama sekali tidak membicarakan pertentangan antara keduanya dan juga tidak seorang pun mengingkari peran sentral keduanya. Sebenarnya yang menjadi tema dan inti perbedaan pandangan dan terus menyibukkan para pemikir tentangnya sepanjang abad adalah bentuk hubungan keharmonisan dan kesesuaian dua mainstream disiplin ini.

Sebagian pemikir yang berwawasan dangkal berpandangan bahwa antara agama dan filsafat terdapat perbedaan yang ekstrim, dan lebih jauh, dipandang bahwa persoalan-persoalan agama agar tidak "ternodai" dan "tercemari" mesti dipisahkan dari pembahasan dan pengkajian filsafat. Tetapi, usaha pemisahan ini kelihatannya tidak membuahkan hasil, karena filsafat berhubungan erat dengan hakikat dan tujuan akhir kehidupan, dengan filsafat manusia dapat mengartikan dan menghayati nilai-penting kehidupan, kebahagian, dan kesempurnaan hakiki. 
Di samping itu, masih banyak tema-tema mendasar berkisar tentang hukum-hukum eksistensi di alam yang masih membutuhkan pengkajian dan analisa yang mendalam, dan semua ini yang hanya dapat dilakukan dengan pendekatan filsafat. 

Jika agama membincangkan tentang eksistensi-eksistensi di alam dan tujuan akhir perjalanan segala maujud, lantas bagaimana mungkin agama bertentangan dengan filsafat. Bahkan agama dapat menyodorkan asumsi-asumsi penting sebagai subyek penelitian dan pengkajian filsafat. Pertimbangan-pertimbangan filsafat berkaitan dengan keyakinan-keyakinan dan tradisi-tradisi agama hanya akan sesuai dan sejalan apabila seorang penganut agama senantiasa menuntut dirinya untuk berusaha memahami dan menghayati secara rasional seluruh ajaran, doktrin, keimanan dan kepercayaan agamanya. Dengan demikian, filsafat tidak lagi dipandang sebagai musuh agama dan salah satu faktor perusak keimanan, bahkan sebagai alat dan perantara yang bermanfaat untuk meluaskan pengetahuan dan makrifat tentang makna terdalam dan rahasia-rahasia doktrin suci agama, dengan ini niscaya menambah kualitas pengahayatan dan apresiasi kita terhadap kebenaran ajaran agama.

Walaupun hasil-hasil penelitian rasional filsafat tidak bertolak belakang dengan agama, tapi selayaknya sebagian penganut agama justru bersikap proaktif dan melakukan berbagai pengkajian dalam bidang filsafat sehingga landasan keimanan dan keyakinannya semakin kuat dan terus menyempurna, bahkan karena motivasi keimananlah mendorongnya melakukan observasi dan pembahasan filosofis yang mendalam terhadap ajaran-ajaran agama itu sendiri dengan tujuan menyingkap rahasia dan hakikatnya yang terdalam. 

Dengan satu ungkapan dapat dikatakan bahwa filosof agama mestilah dari penganut dan penghayat agama itu sendiri. Lebih jauh, filosof-filosof hakiki adalah pencinta-pencinta agama yang hakiki. Sebenarnya yang mesti menjadi subyek pembahasan di sini adalah agama mana dan aliran filsafat yang bagaimana memiliki hubungan keharmonisan satu sama lain. Adalah sangat mungkin terdapat beberapa ajaran agama, karena ketidaksempurnaannya, bertolak belakang dengan kaidah-kaidah filsafat, begitu pula sebaliknya, sebagian konsep-konsep filsafat yang tidak sempurna berbenturan dengan ajaran agama yang sempurna. Karena asumsinya adalah agama yang sempurna bersumber dari hakikat keberadaan dan mengantarkan manusia kepada hakikat itu, sementara filsafat yang berangkat dari rasionalitas juga menempatkan hakikat keberadaan itu sebagai subyek pengkajiaannya, bahkan keduanya merupakan bagian dari substansi keberadaan itu sendiri. 

Keduanya merupakan karunia dari Tuhan yang tak dapat dipisah-pisahkan. Filsafat membutuhkan agama (wahyu) karena ada masalah-masalah yang berkaitan dengan dengan alam gaib yang tak bisa dijangkau oleh akal filsafat. Sementara agama juga memerlukan filsafat untuk memahami ajaran agama. Berdasarkan perspektif ini, adalah tidak logis apabila ajaran agama dan filsafat saling bertolak belakang. Berdasarkan uraian di atas agama islam pada garis berdasarkan terdiri dari aqidah, syiah dan akhlak yang bersumber pada qur’an dan hadist. 
  • Titik persamaannya adalah sama-sama mencari kebenaran baik ilmu, filsafat dan agama dengan objek yang sama yang meliputi alam, Tuhan dan manusia.
  • Titik perbedaan adalah ilmu dan filsafat bersumber pada akal manusia sedang akal manusia sedang agama bersunber pada wahyu Allah. 
  • Manusia mencari dan menenukan kebenaran dengan akal yang kemudian manusia di pertanyakan pada kitab suci yang merupakan wahyu dari Allah Yang Maha Benar.
  • Kebenaran ilmu pengetahuan bersifat positif (berlaku pada saat itu). 
  • Kebenaran filsafat adalah kebenaran spekulatif (dugaan yang tidak dapat di buktikan dengan experiment dan riset)
  • Kebenaran agama bersifat mutlak karena agama adalah wahyu dari dzat Yang Maha Benar.
Antara kebenaran ilmu dan filsafat bersifat nisbi (relatif) karena ilmu pengetahuan terbatas pada objek, subjek dan metodologinya. Dan filsafat bersifat spekulatif yang juga tergantung pada dugaan para filsuf masing-masing tetapi tidak semua permasalahan bias dijawab oleh agama. Misalnya masalah jalan kendaraan sebelah kiri atau kanan, soal cek dan wesel.

Jumat, 30 Desember 2016

Arti Kata Filsafat

Kata filsafat dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari bahasa Arab فلسفة. Kata filosofi yang dipungut dari bahasa Belanda juga dikenal di Indonesia. Bentuk terakhir ini lebih mirip dengan kata aslinya, yang diambil dari bahasa Yunani Φιλοσοφία (philosophia). Arti harafiahnya adalah seorang "pencinta kebijaksanaan" atau "ilmu".

Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak didalami dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika. Untuk studi falsafi, mutlak diperlukan logika berpikir dan logika bahasa. Seseorang yang mendalami bidang falsafah disebut "filsuf".

Filsafat juga dapat diartikan sebagai berikut (1) pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab, asal, dan hukumnya; (2) teori yang mendasari alam pikiran atau suatu kegiatan; (3) ilmu yang berintikan logika, estetika, metafisika, dan epistemologi.

Jumat, 23 Desember 2016

Filosofi Manusia Hidup di Dunia

    Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa Dunia ini adalah tempat kebaikan dan keburukan bercampur. Itulah kenapa saat kita lahir di dunia ini kita menangis sekencang-kencangnya….
Pada waktu itu kita kaget menghadapai alam yang baru. Kita “hijrah” dari alam arwah menuju alam dunia. Di alam arwah kita hanya melihat “cahaya putih”, sedangkan di dunia kita melihat berbagai macam cahaya dan kegelapan. Untuk memudahkan saya sebut cahaya sebagai kebaikan dan kegelapan sebagai keburukan. Kita benar-benar kaget pada waktu itu, sehingga kita sedikit lupa apa yang terjadi pada alam arwah.

  Setelah tumbuh menjadi anak-anak kita mulai belajar. Lingkungan mulai mendidik kita menjadi orang baik ataukah orang jahat. Namun, setiap manusia memiliki hati nurani sehingga apakah kita menjadi orang baik atau orang jahat juga tergantung sejauh mana hati nurani itu kita perhatikan…. Tidak sedikit orang-orang yang dari lingkungan buruk namun ia tumbuh menjadi orang baik, bahkan menjadi pahlawan. Juga tidak sedikit orang-orang dari lingkungan baik-baik namun tumbuh menjadi orang jahat.

      Sebagaimana kita ketahui bahwa tiap-tiap manusia memiliki hati nurani. Hati nurani akan tumbuh dan berkembang dengan baik apabila kita perhatikan dan diberi makanan yang cukup. Demikian juga sebaliknya, hati nurani akan lemah jika tidak kita perhatikan dan kita beri makan. Bahkan, hati nurani bisa mati.. sehingga kadang ada sebutan hati yang membatu (mati). A’udzubillahi min dzalik..

    Dan perlu kita ketahui bahwa musuh hati nurani adalah nafsu, syetan, dan penyakit-penyakit hati. Tiga hal inilah yang menutup mata, telinga batin kita sehingga tidak pernah mendengar jeritan hati nurani ataupu melihat sinyal/tanda-tanda dari hati nurani.

   Setiap orang diberi hati nurani yang relatif sama. Dan mungkin ada perbedaan untuk para nabi dan waliyullah. Karena mereka adalah utusan khusus dari Sang Pencipta tentu saja diberi bekal yang lebih.

      Sekarang saya akan menyebutkan pengaruh dunia terhadap perkembangan kepribadian manusia.

      Dalam menghadapi bercampurnya kebaikan dan kejahatan, manusia pecah menjadi 2 golongan.

A. Yang Pertama, adalah golongan orang-orang yang benar-benar menolak kejahatan/keburukan masuk di hatinya. Namun, ada 3 jenis penolakan yang dilakukan oleh manusia tergantung bagaimana keadaan hati nurani orang tersebut, yaitu:

1. Orang-orang yang menolak dengan keras keburukan, sehingga karena hatinya tidak sabar menghadapi dunia ini orang itu cenderung radikal. Orang-orang seperti ini pemberani, dan terkadang ada yang nekat menggunakan cara-cara yang orang lain menganggapnya salah/tidak terpuji/bahkan jahat. Contohnya adalah seperti para teroris yang muncul belakangan ini.
2. Orang-orang yang menolak keburukan dengan meninggalkannya. Hal ini karena dia takut menghadapi keburukan dunia. Sehingga mereka cenderung mengasingkan diri, autis, ataupun tingkah laku yang aneh lainnya. Contoh kelompok ini adalah para Sufi. Terkadang memang terjadi ketidakcocokan antara golongan yang pertama dengan golongan ini.
3. Orang-orang yang sabar menghadapi dunia ini. Mereka masih tetap masuk di kehidupan dunia namun mereka tetap lurus. Mereka berani menolak pengaruh buruk di lingkungannya dengan sabar dan kasih sayang. Orang-orang seperti inilah yang selalu ditunggu umat. Yang masuk golongan ini adalah para Nabi, para Rosul, dan para Ulama yang tergolong Waliyullah.

B. Yang kedua, adalah golongan orang-orang yang tidak mampu menolak kejahatan/keburukan. Golongan ini juga ada 3 jenis, yaitu:

1. Orang-orang yang hatinya lemah. Mereka tahu, bahwa kejahatan harus ditolak, namun mereka tidak mempunyai keberanian untuk menolak. Dalam hati, orang-orang seperti ini menolak kejahatan, namun apa daya tidak berani berbuat apa-apa. Orang-orang seperti ini sebaiknya mendekat kepada golongan A.3 dan jangan mendekat lingkungan yang buruk. Mungkin kebanyakan dari kita adalah masuk golongan ini.
2. Orang-orang yang hatinya tertutup karena kebodohan/tidak berilmu. Orang-orang seperti ini perlu dikasihani. Karena mereka dapat dengan mudah dibohongi oleh kejahatan. Orang-orang seperti ini contohnya adalah seperti orang-orang yang melakukan pesugihan.
3. Orang-orang yang tahu kejahatan dan bahkan membela kejahatan itu sendiri. Inilah orang-orang jahat yang sebenarnya. Merekalah yang perlu diperangi.


Wallahu a’lam

Sumber:

Kamis, 22 Desember 2016

Manfaat Mempelajari Filsafat

Pada umumnya dapat dikatakan bahwa dalam baljar filsafat semakin menjadikan orang mampu untuk menjawab pertanyaan mendasar manusia yang tidak terletak pada wewenang metode-metode ilamu khusus. Jadi filsafat membantu mendalami pertanyaan asasi manusia tentang makna realitas dan ruang lingkupnya. Kemampuan itu dipelajari melalui 2 jalur yaitu secara sistematis dan historis.
Pertama secara sistematik. Artinya filsafat menawarkan metode-metode terakhir untuk menangani permasalahan mendalam manusia, tentang hakikat kebenaran dan pengetahuan, baik pengetahuan biasa ataupun ilmiah, tentang tanggung jawab, keadilan dan sebagainya.
Jalur kedua adalah sejarah filsafat. Melalui sejarah filsafat kita bisa belajar unutk mendalami , menanggapi serta mempelajari jawaban yang ditawarkan oleh para pemikir dan filsuf terkemuka.
Kegunaan filsafat dapat dibagi menjadi 2, yakni kegunaan umum dan khusus. kegunaan umum yaitu kegunaan yang dapat diambil dari orang saat belajar filsafat dengan mendalam sehingga mampu memecahkan masalah kritis tentang segala sesuatu. Kegunaan khusu yaitu manfaat khusus yang bisa diambil untuk memecahkan masalah objeknya di Indonesia. Jadi tidak terikat oleh ruang dan waktu sedangkan umum terikat oleh ruang dan waktu.
Menurut sebagian para filsuf, kegunaan secara umum dari filsafat sebagai berikut.
  1. Plato merasakan bahwa berfikir dan memikirkan adalah hal yang nikmat luar biasa sehingga filsafat diberi predikat sebagai keinginan yang maah berharga.
  2. Rene Decrates yang termshur sebagai pelopor filsafat modern dan pelopor pembaruan dalam abad 17 terkenal dengan ucapannya cogito ergo sum (karena berfikir maka saya ada).Tokoh ini mempertanyakan segala-galanya tetapi dalam keadaan serta mempertanyakan itu ada satu hal yang pastibahwa aku bersangsi berarti berfikir,. Berfilsafat berarti berpangkalpada suatu kebenaran yang fundamental atau pengalaman yang asasi.
  3. Alfred North Whiteheadseorang filsuf modern merumuskan filsafat sebagai berikutFilsafat adalah kesadaran dan pandangan jauh kedepan dan suatu kesadaran akan hidup dankesadaran akan kkepentingan yang member semangat kepada seluruh usaha peradaban”.
  4. Maurice Marleau Ponty seorang filsuf modern eksistensialisme mengatakanJasa dari filsafat adalah terletak pada sumber penyelidikannyasumber itu adalah eksistensi dan segalasumber itu kita bisa berfikir tentang manusia”.
Disamping kegunaan khusus, filsafat juga berguna abgi sosial budaya Indonesia. Frans Magnis Suseno (1991) menyebutkan ada 5 kegunaan yaitu sebagai berikut.
  1. Bangsa Indonesia terletak ditengah-tengah dinamika proses modernisasi yang meliputi banyak bidang dan sebagian dapat dikemudikan melalui kebijakan pembangunanMenghadapitantangan modernisasi dengan perubahan pandangan hidupnilai dan norma itu filsafat membantu mengambil sikap sekaligus terbuka dan kritis.
  2. Filsafat merupakan sarana yang baik untuk menggali kekayaan kebudayaantradisidan filsafat Indonesia serta untuk mengaktualisasikannya . Filsafat yang mampu  untuk menggaliwarisan rohani yang tidak hanya secara verbalistik melainkan secara evaluatuf , kritis dan reflektif sehingga kekayaan rohani banga dapat menjadi modal dalam pembentukan terusmenerus identitas modern bangsa Indonesia.
  3. Sebagai kritik ideology, filsafat membangun kesanggupan untuk mendeteksi dan membuka kdeok ideologis pelbagai bentuk keadilan sosial dan pelanggaran terhadap martabat dan asasimanusia yang masih terjadi.
  4. Filsafat merupakan dasar paling luas untuk berpastisipasi secara kritis dalam kehidupan intelektual bangsa pada umumnya yang dalam kehidupan intelektual di unibersitas danlingkungna akademis pada umumnya.
  5. Filsafat menyediakan dasar dan saran sekaligus lahan untuk berdialog di antara agama yang ada di Indonesia pada umumnya dan secara khusu dalam rangka kerja sama antaragamadlam membangun masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila.

Sumber: 
ASurajiyo.2008. Ilmu Filsafat. Jakarta: Bumi Aksara.

Hubungan Antara Fisafat dan Ilmu

Berbagai pengertian tentang filsafat dan ilmu sebagaimana telah dijelaskan di atas, maka berikutnya akan tergambar pula. Pola relasi (hubungan) antara ilmu dan filsafat. Pola relasi ini dapat berbentuk persamaan antara ilmu dan filsafat, dapat juga perbedaan di antara keduanya.

Di zaman Plato, bahkan sampai masa al Kindi, batas antara filsafat dan ilmu pengetahuan boleh disebut tidak ada. Seorang filosof pasti menguasi semua ilmu. Tetapi perkembangan daya pikir manusia yang mengembangkan filsafat pada tingkat praksis, berujung pada loncatan ilmu dibandingkan dengan loncatan filsafat. Meski ilmu lahir dari filsafat, tetapi dalam perkembangan berikut, perkembangan ilmu pengetahuan yang didukung dengan kecanggihan teknologi, telah mengalahkan perkembangan filsafat. Wilayah kajian filsafat bahkan seolah lebih sempit dibandingkan masa awal perkembangannya, dibandingkan dengan wilayah kajian ilmu. Oleh karena itu, tidak salah jika kemudian muncul suatu anggapan bahwa untuk saat ini, filsafat tidak lagi dibutuhkan bahkan kurang relevan dikembangkan oleh manusia. Sebab manusia hari ini mementingkan ilmu yang sifatnya praktis dibandingkan dengan filsafat yang terkadang sulit “dibumikan”. Tetapi masalahnya betulkah demikian?


Ilmu telah menjadi sekelompok pengetahuan yang terorganisir dan tersusun secara sistematis. Tugas ilmu menjadi lebih luas, yakni bagaimana ia mempelajari gejala-gejala sosial lewat observasi dan eksperimen.13 Keinginan-keinginan melakukan observasi dan eksperimen sendiri, dapat didorong oleh keinginannya untuk membuktikan hasil pemikiran filsafat yang cenderung Spekulatif ke dalam bentuk ilmu yang praktis. Dengan demikian, ilmu pengetahuan dapat diartikan sebagai keseluruhan lanjutan sistem pengetahuan manusia yang telah dihasilkan oleh hasil kerja filsafat kemudian dibukukan secara sistematis dalam bentuk ilmu yang terteoritisasi.14 Kebenaran ilmu dibatasi hanya pada sepanjang pengalaman dan sepanjang pemikiran, sedangkan filsafat menghendaki pengetahuan yang koprehensif, yakni; yang luas, yang umum dan yang universal (menyeluruh) dan itu tidak dapat diperoleh dalam ilmu.


Lalu jika demikian, dimana saat ini filsafat harus ditempatkan? Menurut Am. Saefudin, filsafat dapat ditempatkan pada posisi maksimal pemikiran manusia yang tidak mungkin pada taraf tertentu dijangkau oleh ilmu. Menafikan kehadiran filsafat, sama artinya dengan melakukan penolakan terhadap kebutuhan riil dari realitas kehidupan manusia yang memiliki sifat untuk terus maju. Ilmu dapat dibedakan dengan filsafat. Ilmu bersifat pasteriori. Kesimpulannya ditarik setelah melakukan pengujian-pengujian secara berulang-ulang. Untuk kasus tertentu, ilmu bahkan menuntut untuk diadakannya percobaan dan pendalaman untuk mendapatkan esensinya. Sedangkan filsafat bersifat priori, yakni; kesimpulan-kesimpulannya ditarik tanpa pengujian. Sebab filsafat tidak mengharuskan adanya data empiris seperti dimiliki ilmu. Karena filsafat bersifat spekulatif dan kontemplatif yang ini juga dimiliki ilmu. Kebenaran filsafat tidak dapat dibuktikan olehfilsafat itu sendiri, tetapi hanya dapat dibuktikan oleh teori-teori keilmuan melalui observasi dan eksperimen atau memperoleh justifikasi kewahyuan. 


Dengan demikian, tidak setiap filosof dapat disebut sebagai ilmu, sama seperti tidak semua ilmuwan disebut filosof. Meski demikian aktifitas berpikir. Tetapi aktivitas dan ilmuwan itu sama, yakni menggunakan aktifitas berpikir filosof. Berdasarkan cara berpikir seperti itu, maka hasil kerja filosofis dapat dilanjutkan oleh cara kerja berfikir ilmuwan. Hasil kerja filosofis bahkan dapat menjadi pembuka bagi lahirnya ilmu. Namun demikian, harus juga diakui bahwa tujuan akhir dari ilmuwan yang bertugas mencari pengetahuan, sebagaimana hasil analisa Spencer, dapat dilanjutkan oleh cara kerja berpikir filosofis.

Di samping sejumlah perbedaan tadi, antara ilmu dan filsafat serta cara kerja ilmuwan dan filosofis, memang mengandung sejumlah persamaan, yakni sama-sama mencari kebenaran. Ilmu memiliki tugas melukiskan, sedangkan filsafat bertugas untuk menafsirkan kesemestaan. Aktivitas ilmu digerakkan oleh pertanyaan bagaimana menjawab pelukisan fakta. Sedangkan filsafat menjawab atas pertanyaan lanjutan bagaimana sesungguhnya fakta itu, dari mana awalnya dan akan ke mana akhirnya. Berbagai gambaran di atas memperlihatkan bahwa filsafat di satu sisi dapat menjadi pembuka bagi lahirnya ilmu pengetahuan, namun di sisi yang lainnya ia juga dapat berfungsi sebagai cara kerja akhir ilmuwan. “Sombongnya”, filsafat yang sering disebut sebagai induk ilmu pengetahuan (mother of science) dapat menjadi pembuka dan sekaligus ilmu pamungkas keilmuan yang tidak dapat diselesaikan oleh ilmu.


Kenapa demikian? Sebab filsafat dapat merangsang lahirnya sejumlah keinginan dari temuan filosofis melalui berbagai observasi dan eksperimen yang melahirkan berbagai pencabangan ilmu. Realitas juga menunjukan bahwa hampir tidak ada satu cabang ilmu yang lepas dari filsafat atau serendahnya tidak terkait dengan persoalan filsafat. Bahkan untuk kepentingan perkembangan ilmu itu sendiri, lahir suatu disiplin filsafat untuk mengkaji ilmu pengetahuan, pada apa yang disebut sebagai filsafat pengetahuan, yang kemudian berkembang lagi yang melahirkan salah satu cabang yang disebut sebagai filsafat ilmu. Metode filsafat adalah metode bertanya. Objek formal filsafat adalah ratio yangbertanya. Sedang objek materinya ialah semua yang ada yang bagi manusia perlu dipertanyakan hakikatnya. Maka menjadi tugas filsafat mempersoalkan segala sesuatu yang ada sampai akhirnya menemukan kebijaksanaan universal.

Filsafat Sebagai Ilmu Berfikir

1. Berpikir bagi manusia
Berpikir itu berbeda dengan pikiran. Adapun batas-batas perbedaan adalah:
Berpikir yaitu aktivitas jiwa yang disebut pikiran untuk menentukan hubungan atau sangkut paut antara pengetahuan-pengetahuan dan atau masalah yang dihadapi
Pikiran yaitu kemampuan jiwa untuk menentukan hubungan antara pengetahuan-pengetahuan dan atau sangkut paut masalah yang dihadapi

2. Hasil proses berpikir
Pengertian atau konsep
Pendapat atau keputusan
Kesimpulan atau pemikiran

3. Bentuk-bentuk berpikir
Berpikir secara pengalaman (Routine thinking)
Berpikir secara ingatan (Representative thinking)
Berpikir reproduktif
Berpikir kreatif
Berpikir rationil

4. Aspek-aspek peranan berpikir dalam kehidupan manusia
Aspek ekonomis
Aspek kulturil (kebudayaan)
Aspek peradaban

5. Faedah dan bahaya berpikir
Ditinjau dari segi faedahnya antara lain:
dengan berpikir terciptalah ilmu-ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi kehidupan manusia
berpikir memberikan tuntutan kepada manusia dalam usahanya mencari jalan yang benar dan baik
berpikir dapat memberikan penyelesaian dalam usaha memecahkan persoalan hidup
Adapun bahayanya antara lain adalah:
karena berpikir ditemukan jalan kearah perbuatan yang sesat
dengan berpikir di buatlah alasan-alasan untuk membenarkan perbuatan yang sesat \
dengan berpikir dapat menimbulkan rasa bahwa akal itu dapat mengetahui segala-galanya.