Jumat, 25 November 2016

Perbedaan Itu Indah (Pelangi)

Diartikel sebelumnya saya telah membahas makna sebuah hujan. Nah sekarang says akan membahas sebuah pelangi yang biasanya muncul setelah hujan reda. Oke langsung saja yah...


Sore itu hujan baru saja menampakkan keperkasaannya. Tak lama setelah itu, sang surya memancarkan kekuatannya menghangatkan bumi dengan lembut menembus sisa awan pekat. Kulihat sekumpulan cahaya tersebut melewati butiran-butiran air dan membiaskannya menjadi warna-warni yang menakjubkan. Takjub kalbu ini memandang biasan-biasan pancaran itu, sungguh Maha Hebat semua kuasa-Mu. Engkau telah melukis dengan hebat meski warna tersebut tidak sama. Benak ini terus berucap syukur sungguh Maha Agung Engkau. Ya, Engkau mengenalkan kepada hamba-Mu akan keberadaan pelangi yang tak seorang pun hamba-Mu menyangkal keindahannya.
Pelangi dengan warna-warna yang berbeda memberikan inspirasi bagi semua makhluk di bumi akan indahnya perbedaan. Coba kita bayangkan bagaimana pelangi ketika dia mempunyai warna yang sama? Putih saja? Merah saja? Hitam saja?

Filosofi pelangi seharusnya terpatri dalam diri setiap makhluk hidup. Perlu sebuah pemahaman akan indahnya perbedaan. Jangan pernah ada pertikaian ketika perbedaan itu hadir di masyarakat. Jika kita bisa menyebutkan pelangi itu indah karena memiliki beraneka macam warna, begitu halnya dengan perbedaat di antara kita. Kita harus memandangnya sebagai sebuah anugrah yang patut disyukuri dan diterima tanpa alasan apapun.

Tidak ada lagi pertikaian dan permusuhan hanya karena kita beda pendapat. Apa salahnya kita memiliki perbedaan pendapat yang dapat memperkaya wacana kita dan pada akhirnya akan menumbuhkan kehidupan yang madani (civil society). Makhluk yang mampu menerima perbedaan menuntun kita menuju kehidupan yang beradab dan pencapaian tujuan kedamaian hidup.

Sepanjang perbedaan-perbedaan ini dalam koridor keselamatan dan kemanusian makhluk adalah sah-sah saja untuk selalu membiarkan pebedaan itu tumbuh dan berkembang diantara kita. Sikap ini membawa kita pada sikap demokratis kita. Bukankah salah satu ciri dari proses demokrasi, menghargai setiap perbedaan yang muncul? Dan bukan membungkamnya? Atau bahkan menggunakan cara kekerasan ketika membungkam perbedaan itu?

Cara-cara anarkis seringkali menjadi pilihan bahkan yang lebih bodoh terjadi ketika perbedaan itu muncul meski dalam satu kelompok yang pada awalnya sepaham.

Pada akhirnya, saya hanya ingin mengingatkan kepada kita semua jika perbedaan itu muncul, ingatlah selalu pelangi di sore hari saat sang surya dengan malu-malu menebarkan pesonanya. Pelangi itu indah karena warna-warni, perbedaan itu juga indah bukan?a

Tidak ada komentar:

Posting Komentar