Senin, 14 November 2016

Filosofi Golok Dari Cilegon

          Sebagai tanah para Jawara, tidak mengherankan apabila Banten memiliki pusat-pusat golok di berbagai daerah yang berada dalam lingkup wilayahnya. 

          Kota Cilegon yang berada di ujung barat Banten, ada golok yang khas dan membedakannya golok dari selatan Banten.

          Soal serangka (sarung golok), tidak ada aturan khusus, namun gagangnya berbentuk kepala macan. Mengapa kepala macan? Karena bagi pendekar Cilegon, yang merupakan basis perguruan aliran silat Bandrong dan Terumbu, ketika macan menginginkan sesuatu, ia tidak akan berhenti berjuang sampai keinginan itu didapat.

          Selain itu, ada golok khusus yang tidak diperjual belikan, yang apabila dipegang oleh seseorang dan golok itu ingin berpindah pemilik lain, sang pemegang akan memberikannya begitu saja. Hanya dibuat 12 buah setiap tahunnya yang dibuat hanya setiap tanggal 12 Bulan Maulud, dimana pembuatnya akan melakukan ritual khusus dan berpuasa. Sedangkan bahannya terdiri dari 7P (Pahat, Palu, Pacul, Patuk, Per, Paku dan Pipa).

          Yang menciptakan adalah kasepuhan pendiri perguruan Beru Sakti, yaitu Abah Jamhari Sakti. Golok ini bisa menebas mereka yang kebal senjata sekalipun.

          Untuk menghunus dari sarungnya, diperlukan teknik khusus, yaitu dengan menekan sedikit keatas, baru kemudian ditarik sesuai dengan alurnya. Bambang Andriantoro sendiri sempat menantang merahputih.com untuk mencabut golok jenis tersebut dari serangkanya, mata golok tak bergeming kecuali setelah dicabut dengan teknik yang benar. (Ctr )


sumber : indonesiana.merahputih.com/budaya/2016/05/01/ini-filosofi-golok-cilegon/40815/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar