Sabtu, 08 Oktober 2016

Legenda Meriam Jelmaan Prajurit Demak yang Dikutuk

Kesultanan Banten adalah merupakan salah satu Kerajaan Islam terkuat wilayah Nusantara, selama hampir 3 abad mulai abad ke-15 hingga ke-18. Kesultanan Banten mampu bertahan bahkan mencapai kejayaan yang luar biasa, padahal diwaktu bersamaan penjajah dari Eropa telah berdatangan dan menanamkan pengaruhnya.

Begitu kuatnya, sehingga sejarawan Belanda bernama HJ De Graff menyatakan pada abad 17, ada dua adidaya yang sangat disegani Belanda di kawasan Jawa waktu itu yakni Mataram dan Banten. Penilaian De Graff merujuk pada kualitas dan kuantitas pertahanan militer Kesultanan Banten.

Selain dikenal memiliki pasukan infanteri yang terlatih, benteng pertahanan kokoh dan angkatan laut yang kuat, pertahanan militer Banten juga dilengkapi perangkat artileri yang mumpuni pada zamannya. Salah satunya yang legendaris adalah Meriam Ki Amuk. 

Selain Ki Amuk terdapat juga Meriam Si Jagur. Sedemikan hebatnya Meriam Ki Amuk, sehingga banyak warga yang beranggapan bahwa meriam ini mempunyai kekuatan gaib. Karena kekuatan suara dentumannya bisa membuat ciut hati pasukan musuh yang mendengarnya. Selain itu ketika meledak dapat membuat musuh kocar-kacir. Hal ini dibuktikan ketika melawan armada laut Portugis maupun Belanda yang akan mendarat di Pantai Banten pada abad ke-15 dan abad ke-18 

Konon kedua meriam kembar ini Ki Amuk dan Si Jagur adalah jelmaan dari prajurit Demak yang dikutuk sehingga berubah wujud menjadi meriam. Hal itu bermula ketika wilayah Pelabuhan Banten yang dikenal sebagai pelabuhan niaga rempah-rempah yang cukup terkenal sampai ke daratan Eropa yang menyebabkan banyak menjadi incaran bangsa asing. Sehingga wilayah Banten yang saat itu ada di bawah pemerintahan Kerajaan Demak dalam keadaan terancam.

Sultan Demak lalu mengirim pasukannya ke Banten di bawah pimpinan prajurit-prajurit pilihannya. Di antara prajurit pilihannya itu terdapat tiga bersaudara prajurit yang terjun ke medan laga. Salah satu dari tiga prajurit pilihannya itu adalah seorang wanita. 

Dengan gagah berani mereka memimpin anak buahnya menghadang penyerbuan balatentara Portugis yang datang dari arah laut. Namun, saat menjalankan tugas negara itulah dua kakak beradik lelaki dan perempuan yang ternyata kembar itu melanggar larangan leluhur mereka. Yakni dengan mandi air laut pada waktu matahari bersinar terik. Akibatnya mereka terkena kutukan dan berubah wujud menjadi sepasang meriam.

Melihat kejadian yang menimpa saudara kembarnya itu, si adik berniat untuk membawa pulang kedua meriam itu ke Demak untuk dipersembahkan pada rajanya. Untuk memudahkan membawanya, kedua meriam itu lalu dipasangi dua buah gelang oleh seorang pandai besi yang bertempat tinggal di sebuah desa di kaki gunung. Desa tempat pandai besi yang memberi tambahan gelang pada meriam itu lalu diberi nama Pandaigelang, yang akhirnya menjadi nama Kota Pandegelang.

Sebelum dibawa pulang kedua meriam ini dipakai untuk menggempur musuh yang akan mendarat di Pantai Banten. Ternyata kedua meriam itu memberi andil yang cukup besar dalam peperangan yang berkecamuk di Pantai Banten tersebut.

Kedua meriam itu nampak seperti mengamuk dengan menimbulkan suara menggelegar memuntahkan peluru ke arah musuh-musuhnya. Akibat jasanya itu, kedua meriam itu lalu diberi nama Ki Amuk dan Si Jagur. Ki Amuk bisa dilihat di Museum Situs Banten Lama, namun Si Jagur sekarang berada di Museum Fatahillah, Jakarta.  

Daftar Pustaka
Ridho, Rasyid. 2015. Artikel Legenda Ki Amuk dan Si Jagur Jelmaan Prajurit Demak yang Dikutuk. Diterbitkan oleh Sindo.com pada Senin, 8 Juni 2015 Pukul 05:00 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar