Minggu, 01 Januari 2017

Mengapa manusia harus berilmu?

Dan tidaklah Allah memerintahkan manusia kepada sesuatu melainkan karena ada kemaslahatan bagi manusia itu sendiri, sebagaimana Dia tidak melarang manusia dari sesuatu, kecuali karena ada kemudaratan padanya. Oleh sebab itu, mengetahui perintah dan larangan adalah suatu keniscayaan, sehingga manusia bisa meraih segala kemaslahatan karena menunaikan perintahNya dan manusia dapat menghindari segala kemudaratan dengan menjauhi laranganNya. Dan semua itu tidak akan tercapai kecuali dengan menuntut ilmu. Dengan ilmu, seseorang bisa membedakan mana perintah sehingga ia bisa melaksanakannya, dan mana yang merupakan larangan sehingga ia dapat menjauhinya. Maka tidaklah mungkin bagi manusia untuk menjadi hamba Allah yang taat apabila manusia bodoh akan syariat. Bagaimana mungkin manusia dapat menggapai surga sedangkan manusia tidak tahu bagaimana caranya. Untuk itulah kemudian Allah Subhanahu Wata'ala dan RasulNya Sallallahu 'Alahi Wasallam mewajibkan manusia untuk menuntut ilmu. Bahkan lebih dari itu, ilmu adalah kebutuhan manusia sebagai jalan menuju surga. 

Rasulullah Sallallahu 'Alahi Wasallam bersabda : مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ الله لَهُ بِهِ طَرِيْقًا إِلَى الْجَنَّةِ "Barangsiapa yang menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga." 

Sungguh teramat beruntung orang yang memiliki ilmu yang luas, sehingga ia mampu berbuat lebih baik, lebih benar, dan lebih banyak daripada yang lain. Sebaliknya, orang yang kurang ilmu, maka ia akan sering kali salah dalam ucapan maupun perbuatannya. Maka, menjadi sebuah kewajiban bagi setiap manusia yang ingin bahagia dunia dan akhirat untuk senantiasa menuntut ilmu. Banyak sekali dampak yang akan dirasakan jika seseorang kurang ilmu. Di antaranya, ia bisa bertindak salah. Karena itu, kalau manusia ragu, tidak mengetahui sebuah perkara secara jelas, maka bertanyalah, agar jangan sampai bertindak keliru. 

Rasulullah Sallallahu 'Alahi Wasallam bersabda : إنَّمَا شِفَاءُ الْعِيِّ السُّؤَالُ. "Sesungguhnya obat kebodohan hanyalah bertanya." 
Mengapa ada orang yang akhlak dan bicaranya sangat bagus? Hal itu bisa terjadi karena ilmu yang dikuasainya sangat dalam, wawasannya luas, dan pengalamannya banyak. Akibatnya, setiap dia bertindak dan berkata, selalu baik dan benar, meski kadang kala terlihat kecil. Sedangkan orang yang kurang ilmu, cirinya adalah bila bicara sepanjang apa pun, tidak ada hal yang bermanfaat yang dibicarakannya. Seorang ayah, misalnya, kalau kurang ilmu, wawasan, dan pengalamannya, maka dalam mendidik anak cenderung akan lebih sering marah, karena pilihan tindakan yang bijak terbatas. Berbeda dengan orang yang sebaliknya, ia akan memilih tindakan yang terbaik, dengan cara terbaik agar tidak ada siapa pun yang terluka oleh perkataan dan sikapnya. 

Semoga kita tidak terlena dalam gelimang kebodohan, karena kebodohan adalah lambang kejumudan dan jalan kebinasaan. Karena yang mencari saja belum tentu mendapatkan, apalagi yang tidak mencari. Yang mendapatkan belum tentu bisa paham, apalagi yang tidak mendapatkan. Yang telah paham belum tentu bisa mengamalkan, apalagi yang tidak paham. Dan yang mengamalkan pun belum tentu bisa tepat dan benar, apalagi yang tidak mengamalkan. Artinya: Orang yang jauh dari ilmu, maka ia sangat jauh dari kebenaran dalam beramal. 

Ada tiga hal yang semoga dapat memberikan manfaat bagi kehidupan manusia sekarang dan selanjutnya: Yang pertama: Jangan pernah bosan ataupun jenuh untuk selalu mencari dan mendalami ilmu, karena ilmu adalah cahaya yang dengannya jalan kehidupan seseorang menjadi terang benderang, sehingga ia mengetahui ke arah mana ia akan berjalan. Yang kedua: Perangilah segala kebodohan yang ada pada diri kita semampu yang dapat kita usahakan, karena seseorang tidak akan binasa dan celaka, melainkan karena ia bodoh akan agama. Yang ketiga: Janganlah sekali-kali kita berbuat ataupun berucap, kecuali didasari dengan ilmu. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya." (Al-Isra`: 36).

Referensi: Al-Qur'an

Tidak ada komentar:

Posting Komentar