Rabu, 28 September 2016

Sejarah Masjid Agung Banten

Masjid Agung Banten dibangun pertama kali oleh Sultan Maulana Hasanuddin (1552-1570), sultan pertama Kasultanan Banten yang juga putra pertama Sunan Gunung Jati, Sultan Cirebon. Masjid Agung Banten termasuk salam wilayah Desa Kasemen, Kecamatan Kasemen, Kabupaten Serang, Provinsi Jawa Barat. Bangunan masjid berbatasan dengan perkampungan si sebelah utara, barat, dan selatan, alun-alun di sebelah timur, dan benteng/keratin Surosowan di sebelah tenggara. Masjid Agung Banten dirancang oleh 3 arsitek dari latar belakang yang berbeda. Yang Pertama adalah Raden Sepat, Arsitek Majapahit yang telah berjasa merancang Masjid Agung Demak, Masjid Agung Ciptarasa Cirebon dan Masjid Agung Banten. Arsitek kedua adalah arsitek China bernama Cek Ban Su ambil bagian dalam merancang masjid ini dan memberikan pengaruh kuat pada bentuk atap masjid bersusun 5 mirip layaknya pagoda China. Karena jasanya dalam membangun masjid itu Cek Ban Su memperoleh gelar Pangeran Adiguna. Lalu arsitek ketiga adalah Hendrik Lucaz Cardeel, arsitek Belanda yang kabur dari Batavia menuju Banten di masa pemerintahan Sultan Haji tahun 1620, dalam status mualaf dia merancang menara masjid serta bangunan tiyamah di komplek masjid agung Banten. Karena jasanya tersebut, Cardeel kemudian mendapat gelar Pangeran Wiraguna.

Keadaan masjid sampai saat ini masih terawatt dan di kelola oleh yayasan yang dipimpin oleh H. Tubagus Wasi Abbas. Masjid Agung Banten telah mengalami delapan kali pemugaran yang berlangsung dari tahun 1923 sampai 1987. Pada tahun 1923, dilaksanakan pemugaran oleh Dinas Purbakala, dan tahun 1930 dilakukan penggantian tiang-tiang kayu yang rapuh.

Tahun 1945, Residen Banten, Tubagus Chotib, bersama masyarakat melaksanakan perbaikan atap cungkup penghubung di kompleks pemakaman utara, kemudian tahun 1966/1967 Dinas Purbakala memugar menara masjid. Pada tahun 1969 Korem 064, Maulana Yusuf memperbaiki bagian yang rusak antara lain pemasangan eternity langit-langit. Tahun 1970 dilaksanakan pemugaran serambi timur dengan dana dari Yayasan Kur’an. Pertamina pernah memugar kompleks masjid dengan kegiatan mengganti lantai ruang utama, pembuatan pagar tembok keliling kompleks dengan lima gapura. Tahun 1987, dilaksanakan penggantian lantai serambi pemakaman utara dan cungkup makam sultah Hasanudin dengan marmer.

Deskripsi Bangunan

Masjid Agung Banten merupakan suatu kompleks dengan luas tanah 1,3 ha dan dikelilingi pagar tembok setinggi satu meter. Pada sisi tembok timur dan barat masing-masing terdapat dua buah gapura di bagian utara dan selatan yang letaknya sejajar. Bangunan masjid menghadap ke timur berdiri di atas pondasi massif dengan ketinggian satu meter dari halaman.

  • Ruang utama

Bangunan ruang utama berdenah empat persegi panjang dengan ukuran 25 x 19 m. Lantai dari ubin berukuran 30 x 30 cm berwarna hijau muda dan dibatasi dinding pada keempat sisinya. Dinding timur memisahkan ruang utama dengan serambi timur. Pada dinding ini terdapat empat pintu dengan lunamg angin yang merupakan pintu masuk utama. Pintu terletak di tengah bidang segi empat dari dinding yang mnonjol berukuran 174 x 98 cm dengan dua daun pintu dari kayu. Pintu bagian atas berbentuk lengkung setengah lingkaran. Lubang angin pada dinding timur ada uda buah yang mengapit pintu paling selatan berbentuk persegi panjang dan didalamnya terdapat segi tiga berjajar terdiri atas dua baris dan diantaranya terdapat hiasan motif kertas tempel.

Dinding barat tingginya 3,3 m memiliki tiga buah jendela berbentuk segi empat berukuran 180 x 152 cm dengan dua daun jendela berkaca buram. Lubang angin terdiri dari kumpulan segi tiga seperti dinding timur. Dinding barat tersebut berhiaskan pelipit rata, penyangga, setengah lingkaran, dan pelipit cekung. Dinding sisi utara membatasi ruang utama dengan serambi utara dengan sebuah pintu masuk berbentuk empat persegi panjang berukurab 240 x 125 cm, berdaun pintu dua dari kayu. Jendela pada dinding utara dua buah dengan dua daun jendela berbentuk segi empat berukuran 180 x 152 cm. Sedangkan dinding selatan hanya mempunyai satu pintu yang menghubungkan ruang utama dengan pawestren, terletak di dekat sudut barat dinding.
  • Tiang

Tiang yang terdapat pada ruang utama berjumlah 24 buah terdiri dari empat buah tiang utama dan 20 buah tiang penyangga. Tinggi tiang utama 11 meter terbuat dari kayu jati dengan bentuk segi delapan tanpa hiasan. Tiang-tiang yang lain tingginya berbeda. Tiang yang mempunyai ketinggian 7,30 m ada delapan buah, sedangkan sisanya 12 buah berukuran tinggi 4,40 m.

Tiang berdiri di atas umpak dari batu andesit berbentuk buah labu. Umpak tiang utama tingginya 50 cm dengan pelipit rata pada bagian atas dan bawahnya. Umpak-umpak yang ada di ruang utama tersebut bervariasi dengan bagian bawah dihiasi oleh pucuk daun yang mengarah ke baeah dan ada pula hiasan daun tumpang tindih
  • Mihrab

Mihrab berdiri di atas pondasi padat dengan etinggian 90 cm. Ruangan berukuran 196 x 90 cm, lantainya dari ubin dan tingginya 2 cm lebih tinggi dari lantai masjid. Tinggi bagian muka 206 cm dan tinggi bagian belakang 106 cm. Dinding mihrab berwarna kuning tanpa jendela.

Bagian muka terdapat dua buah tiang semu di kiri dan dua buah di kanan berbentuk balok. Tiang berdiri di atas pelipit rata yang mengelilingi seluruh ruangan masjid. Tinggi tiang semu 162 cm. Di atas tiang tersebut terdapat pelipit rata dan setengah lingkaran. Badan mihrab mempunyai hiasan berupa bingkai rata yang letaknya 167 cm dari lantai serambi. Atap mihrab berbentuk setengah lingkaran yang disangga oleh kedua tiang semu.
  • Mimbar

Mimbar masjid Agung Banten letaknya satu meter dari dinding barat, dan pondasi padat setinggi 90 cm. Bentuk pondasi empat persegi panjang berukuran 85 x 194 cm. Bagian bawah terdapat dua buah lubah arah utara-selatan. Tangga terdapat di muka dan terdiri anak tangga. Di ujung bawah tangga terdapat batu hitam bentuknya seperti pot bunga.

Mimbar berdenah empat persegi panjang berukuran 93 x 170 cm dengan dinding di sisi utara, barat, dan selatan. Di depan dinding utara dan selatan terdapat pipi dinding tubuh yang berhiaskan bingkai. Dalam mimbar terdapat tempat duduk dengan injakan kaki setinggi 16 cm. Pada sisi luar dinding tubuh mihrab terdapat dua hiasan dalam bidang segi empat sebanyak tiga buah di sisi utara-selatan.

Dinding bagian bawah berisi teratai mekar, tengah motif bingkai cermin, dan baian atas berisi motf oval yang di dalamnya ada lubang berbentuk daun semanggi. Pada setiap sudut panil terdapat hiasan daun yang diapit oleh semacam lukisan binatang.

Dibagian atas panil terdapat terdapat susunan pelipit yang diatasnya terdapat bidang persegi panjang di sisi utara, timur, dan barat, serta berhiaskan pilin ganda dengan posisi saling berhadapan dengan tanam-tanaman. Pada bagian atas muka mimbar terdapat penampil berbentuk lengkung di sisi timur yang di dalamnya terdapat tulisan Arab.
  • Pawestren

Pawestren adalah bangunan khusus yang di buat untuk shalat jama'ah wanita. Untuk masuk ke dalam pawestren ini harus melalui pintu di dinding utara yang menghubungkan dengan ruang utama. Pada dinding selatan terdapat juga pintu yang menghubungkan pawestren dengan serambi pemakaman selatan. Lubang angin di dinding ini berbentuk segi tiga dan hanya sebagian yang terbuka karena tertutup atap makam selatan. Dinding barat pawestren hanya terdapat lubang angin dengan bentuk kumpulan segi tiga dengan bunga sebagai hiasannya.
  • Makam Ruang Utama

Makam terletak dalam ruang utama bagian selatan. Makam yang terdapat di ruang utama letaknya memanjang dari arah timur ke barat. Sedangkan datu makam terdapat di utara ruangan dengan ukuran yang lebih kecil. Makam dilengkapi dngan jirat yang berukuran 100 x 80 x 60 cm dan nisan di ujung utara dan selatan jirat. Kesepuluh makam diberi tutup (atap) dari kain kelambu putih.

Pada dinding selatan terdapat pintu yang menghubungkan ruang makam dengan serambi pemakaman selatan. Bentuk pintu persegi empat dengan ukuran 206 x 113 cm dengan dua daun pintu kayu. Di kiri dan kanannya terdapat lubang angin dan dua jendela yang daun jendelanya berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 109 x 109 cm. Sedangkan dinding timur terdapat sebuah pintu dengan lubang angin.
  • Atap

Masjid Agung Banten memili atap lima tingkat, yang semakin keatas makin mengecil yang atapnya ditopang oleh tiang-tiang. Atap dari genteng dengan memolo pada puncaknya dengan tinggi 1,2 m dan terbuat dari tanah liat.
Serambi

Serambi yang terdapat di Masjid Agung Banten terdapat di keempat sisi dan merupakan serambi terbuka, kecuali serambi selatan yang dijadikan kompleks pemakaman. Dalam serambi terdapat 12 buah tiang kayu jati berbentuk segi delapan dan bagian atas segi empat. Tiang disangga oleh umpak batu berbentuk buah labu yang tingginya 40 cm. Tiang-tiang tersebut berfungsi sebagai penyangga atap. Atap serambi terpisah dari bangunan ruang utama dan merupakan atap tumpang dua berbentuk limasan.Serambi utara disebut juga selasar masjid dengan lebar 2,30 m dan lantainya dari tegel merah. Serambi mempunyai tangga yang terdiri atas lim anak tangga yang menghubungkan tempat wudhi. Serambi selatan berdenah persegi empat panjang dengan ukuran 24 x 9 m dan di dalamnya terdapat 15 makam yang letaknya tidak beraturan. Menurut pengurus masjid, salah satu makam tersebut adalah  makam Syeh Faqih Najmuddin (ulama besar di Banten).

Bangunan lain

Bangunan lain yang terdapat di Masjid Agung Banten adalah:
  • Kolam

Kolam berda di depan serambi timur berbentuk persegi panjang dan terbagi atas empat kotak yang dipisahkan oleh pematang tembok dan dihubungkan dengan lubang pada masing-masing pematang. Di sekeliling kolam terdapat tembok setinggi 1,20 m dan tebal 32,5 cm. Untuk mencapai kolam dipergunakan tangga turun sebanyak tiga anak tangga dari arah halaman dan lima anak tangga dari serambi timur.
  • Menara

Pada jarak 10 m dari kolam di bagian timur (depan) masjid terdapat menara berwarna kuning muda dan tingginya 23 m. Menara ini dapat dimasuki sampai ke atas melalui 82 anak tangga. Di dalam menara terdapat empat bagian pintu dan bentuknya sama dengan pintu masuk menara. Bangunan menara terbagi atas tiga bagian yaitu kaki, tubuh dan kepala.
  • Istiwa

Pada halaman timur dekat gapura depan bagian utara terdapat petunjuk waktu yang menggunakan sinar matahari (istiwa). Bentuk istiwa segi delapan dengan melebar pada bagian atasnya, terbuat dari semen berwarna kuning muda. Garis tengah istiwa bagian atas 249 cm dan tingginya 76 cm dari permukaan tanah. Bagian atas terdapat lubang sedalam 12 cm berbentuk lingkaran.
  • Tiamah

Bangunan lain di kompleks Masjid Agung Banten adalah tiamah, yaitu bangunan tambahan yang dahulu digunakan sebagai tempat bermusyawarah dan berdiskusi soal-soal keagamaan. Daerah bangunan persegi empat panjang yang berukuran 19,5 x 6,5 x 11,5 m dan terdiri dari dua tingkat. Masing-masing tingkat mempunyai tiga ruangan berderet dari barat ke timur. Ukuran ruangan barat dan timur masing-masing 5,62 x 5,30 m, sedangkan ruang tengah 7,25 x 5,60 m. Atap tiamah berbentuk limasan dan ditunjang oleh dinding-dindingnya.
  • Makam

Selain makam yang terdapat di ruang utama, dalam kompleks Masjid Agung Banten juga terdapat makam yang terletak di luar masjid. Makam ini merupakan suatu kompleks yang terdiri yang terdiri dari lima cungkup. Salah satu dari cungkup tersebut adalah cungkup makam Sultan Maulana Hasanuddin yang wafat pada tahun 1570 dan Sembilan makam sultan Banten lainnya beserta para istrinya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar