Jumat, 30 September 2016

Kemegahan Keraton Surosowan

Keraton Surosowan merupakan sebuah keraton kesultanan Banten. Sekitar tahun 1522-1526 M pada masa pemerintahan Sultan pertama Banten, yaitu Sultan Maulana Hasanudin dan banyak yang menjelaskan pemabangunannya melibatkan ahli bangunan asal Belana, yaitu Hendrik Lucasz Cardeel, seorang aresitek asal Belanda yang memeluk islam yang diberi gelar Pangeran Wirguna.
Keraton Surosowan memiliki dinding pembatas setinggi 2 meter yang mengelilingi area keraton yang luasnya kurang lebih sekitar 3 hektar. Bangunan Keraton Surosowan ini memiliki kesamaan dengan benten Belanda yang kokoh denga bastion (sudut benteng yang berbentuk intan) di empat titik sudut  bangunannya. Didalam dinding Keraton Surosowan hanya menyisakan reruntuhan dinding dan pondasi kamar-kamar yang berbentuk persegi empat yang jumlahnya puluhan.
  • Sejarah Berdirinya Keraton Surosowan Banten

Berdiri dan dibangun dengan kata “Gawe Kuta Baluwarti Bata Kalawan Kawis” yang arti bebasnya adalah “Membangun kota dan perbentengan dari bata dan karang”. Takluknya Prabu Pucuk Umun di Wahanten Girang (sekarang di kenal dengan daerah Banten Girang di Kecamatan Cipocok Jaya Kota Serang – Wahanten Girang merupakan bagian wilayah dari Kerajaan Padjadjaran yang berpusat di Pakuan – sekarang di kenal dengan wilayah Pakuan Bogor) pada tahun 1525 selanjutnya menjadi tonggak dimulainya era Banten sebagai Kesultanan Banten dengan dipindahkannya Pusat Pemerintahan Banten dari daerah Pedalaman ke daerah Pesisir pada tanggal 1 Muharam 933 Hijriah yang bertepatan dengan tanggal 8 Oktober 1526 (Microb dan Chudari, 1993:61).
  • Bentuk Keraton Surosowan

Keraton Surosowan memiliki tiga buah gerbang masuk, yang masing-masing terletak di sisi timur, utara dan selatan. Akan tetapi, pintu yang ada disebelah selatan telah ditutup dengan tembok yang belum diketahui apa sebabnya. Pada pertengahan Keraton Surosowan terdapat sebuah kolam yang berisi air berwarna hijau, yang sudah dipenuhi ganggang dan lumut. Didalam keraton ini juga terdapat banyak ruangan yang berhubungan dengan air atau ritual mandi (petiratan).
Salah satu bangunan yang terkenal adalah bekas kolam taman, yang bernama Bale Kambang Rara Denok dan ada juga pancuran untuk mandi biasa yang dinamakan “pancuran mas”. Kolam Rara Denok berbentuk persegi empat dengan lebar 13 meter, dengan panjang 30 meter serta kedalaman kolam 4,5 meter. Ada dua sumber air di Surosowan yaitu sumur dan Danau Tasik kardi yang terletak sekitar dua kilometer dari Surosowan.
Atas pemahaman geo-politik yang mendalam Sunan Gunung Jati menentukan posisi Keraton, Benteng, Pasar, dan Alun-Alun yang harus dibangun di dekat kuala Sungai Banten yang kemudian diberi nama Keraton Surosowan. Hanya dalam waktu 26 tahun, Banten menjadi semakin besar dan maju, dan pada tahun 1552 Masehi, Banten yang tadinya hanya sebuah kadipaten diubah menjadi negara bagian Kesultanan Demak dengan dinobatkannya Hasanuddin sebagai Sultan di Kesultanan Banten dengan gelar Maulanan Hasanuddin Panembahan Surosowan (Pudjiastuti, 2006:61)
Sultan Ageng Tirtayasa mempercantik istana Surosowan dengan menyewa tenaga ahli dari Portugal dan Belanda, di antaranya Hendrik Lucasz Cardeel. Benteng istana diperkuat dan dipojok-pojoknya dibangun bastion, bangunan setengah lingkaran dengan lubang-lubang tembak prajurit mengintai dan menembak musuh. Pemandu pun menunjukkan kepada saya ciri bangunan hasil rehabilitasi oleh Sultan Ageng Tirtayasa dengan pembangunan pada masa Sultan Maulana Yusuf.
Pemandu juga menunjukkan karya seni dekor tinggi pada masa itu. Bukti ini masih bisa dijumpai pada sisa ubin merah yang dipasang dengan komposisi belah ketupat. Belum lagi sistem parit dan saluran air bawah tanah ke dalam kompleks istana.  Menurut Paulus Van Solt, pada 1605 dan 1607 benteng istana sempat mengalami kebakaran. Namun nasib istana Surosowan luluh lantak setelah Daendels memimpin pasukan Kompeni untuk menghancurkannya pada 21 November 1808.

Kamis, 29 September 2016

Kokohnya Benteng Speelwijk

Benteng Speelwijk merupakan salah satu tanda yang tersisa tentang pendudukan tentara kolonial Belanda di Banten, selain bekas Istana Surosowan yang dihancurkan rata dengan tanah oleh tentara-tentara bayaran Daendels.
Tidak sebagaimana reruntuhan Istana Surosowan yang digembok dan harus diantar oleh penjaga, jalan masuk ke Benteng Speelwijk ini terbuka luas bagi para pengunjung yang berkeinginan untuk menjelajahinya. Tak ada penghalang di benteng yang terlihat luas ini.
Untuk masuk ke Benteng Speelwijk saya harus melewati jembatan di atas sungai yang nyaris mati, padahal sungai itu dulu bisa dilewati kapal. Menurut cerita orang setempat, sungai itu pernah dikeruk sebanyak tiga kali, namun tampaknya laju pendangkalannya sangat cepat. Tentu akan sangat baik jika sungai itu bisa dihidupkan kembali dan penyebab pendangkalan dibenahi.
Bagian depan Benteng Speelwijk dengan lubang masuk berbentuk lengkung yang pintunya sudah tidak ada lagi. Lubang itu terletak lebih tinggi dari tanah di luarnya. Bagian terbuka di sisi atas kanannya tampaknya dipakai untuk membidik pasukan yang menyerang dengan senapan atau senjata lainnya.
Di dalam benteng masih ada lorong-lorong perlindungan dan ada pula ruangan-ruangan yang semuanya terbuat dari dinding batu. Benteng Speelwijk sepertinya dibuat dengan perhitungan cermat sebagai benteng pertahanan yang lebih dari kuat untuk menghadapi serangan pasukan pribumi yang persenjataannya tidak begitu baik.
Berjalan melewati lorong-lorong di dalam benteng itu masih bisa dirasakan suasana ketegangan penghuninya ketika harus berada di sebuah bangunan pertahanan yang seberapa pun kuat dan amannya benteng itu namun tetap terasa ada ketidaknyamanan di hati. Ada pula ruang bawah tanah gelap yang dulu digunakan sebagai penjara.
Tinggi dinding Benteng Speelwijk tampaknya tidak kurang dari 5 meter, dengan pintu masuk yang kecil dan sempit di setiap sisinya, yang membuat penyerbu akan lebih sulit untuk memasukinya secara beramai-rami. Namun kenyataan bahwa Benteng Speelwijk yang kuat itu kini tinggal reruntuhan telah membuktikan bahwa tidak ada satu pun yang abadi di dunia ini.
Lebar dinding Benteng Speelwijk sekitar 1 meter, jauh lebih sempit dibandingkan dengan dinding benteng Istana Surosowan, namun cukup lebar bagi mereka yang ingin berjalan atau bahkan berlari di atasnya. Di beberapa bagian, dinding benteng tampak lebih tebal, mendekati dua meteran.
Benteng Speelwijk dibangun oleh Hendrik Lucaszoon Cardeel pada 1684-1685 semasa pemerintahan Sultan Banten Abu Nasr Abdul Qohhar (1672-1684), dan kemudian diperluas pada 1731. Nama Speelwijk digunakan sebagai bentuk penghormatan kepada Gubernur Jenderal VOC Cornelis Janzoon Speelman. Speelman mulai menjabat pada 25 November 1681 menggantikan Rijkloff van Goens, dan meninggal di Batavia pada 11 Januari 1684.
Dari menara pengawas di atas Benteng Speelwijk ini penjaga benteng bisa melihat kapal-kapal musuh yang tengah mendekati pantai dari arah Laut Jawa. Di tempat ini ketebalan dinding benteng tampaknya lebih besar ketimbang di bagian lainnya.
Di kawasan Benteng Speelwijk sebenarnya ada kubur Belanda, namun waktu itu saya tak mengunjunginya karena ketidaktahuan. Di sana ada kubur komandan militer Hugo Pieter Faure (1717-1763), kubur Kopman en Fiscaal Deserbezeting (pegawai pajak dan pembelian) Jacob Wits yang meninggal 9 Maret 1769, serta kubur Catharina Maria van Doorn.
Dulu Benteng Speelwijk dikelilingi parit selebar 10 meter untuk mempersulit laju pasukan musuh ketika menyerbu benteng, namun keberadaan parit itu hanya tersisa sebagian dan sudah sempit. Belanda dikabarkan meninggalkan benteng ini pada 1811 karena wabah penyakit sampar melanda Banten. Sayang kebersihan benteng ini tak terjaga, dan di beberapa tempat bahkan menyebarkan bau tak sedap.

Rabu, 28 September 2016

Sejarah Masjid Agung Banten

Masjid Agung Banten dibangun pertama kali oleh Sultan Maulana Hasanuddin (1552-1570), sultan pertama Kasultanan Banten yang juga putra pertama Sunan Gunung Jati, Sultan Cirebon. Masjid Agung Banten termasuk salam wilayah Desa Kasemen, Kecamatan Kasemen, Kabupaten Serang, Provinsi Jawa Barat. Bangunan masjid berbatasan dengan perkampungan si sebelah utara, barat, dan selatan, alun-alun di sebelah timur, dan benteng/keratin Surosowan di sebelah tenggara. Masjid Agung Banten dirancang oleh 3 arsitek dari latar belakang yang berbeda. Yang Pertama adalah Raden Sepat, Arsitek Majapahit yang telah berjasa merancang Masjid Agung Demak, Masjid Agung Ciptarasa Cirebon dan Masjid Agung Banten. Arsitek kedua adalah arsitek China bernama Cek Ban Su ambil bagian dalam merancang masjid ini dan memberikan pengaruh kuat pada bentuk atap masjid bersusun 5 mirip layaknya pagoda China. Karena jasanya dalam membangun masjid itu Cek Ban Su memperoleh gelar Pangeran Adiguna. Lalu arsitek ketiga adalah Hendrik Lucaz Cardeel, arsitek Belanda yang kabur dari Batavia menuju Banten di masa pemerintahan Sultan Haji tahun 1620, dalam status mualaf dia merancang menara masjid serta bangunan tiyamah di komplek masjid agung Banten. Karena jasanya tersebut, Cardeel kemudian mendapat gelar Pangeran Wiraguna.

Keadaan masjid sampai saat ini masih terawatt dan di kelola oleh yayasan yang dipimpin oleh H. Tubagus Wasi Abbas. Masjid Agung Banten telah mengalami delapan kali pemugaran yang berlangsung dari tahun 1923 sampai 1987. Pada tahun 1923, dilaksanakan pemugaran oleh Dinas Purbakala, dan tahun 1930 dilakukan penggantian tiang-tiang kayu yang rapuh.

Tahun 1945, Residen Banten, Tubagus Chotib, bersama masyarakat melaksanakan perbaikan atap cungkup penghubung di kompleks pemakaman utara, kemudian tahun 1966/1967 Dinas Purbakala memugar menara masjid. Pada tahun 1969 Korem 064, Maulana Yusuf memperbaiki bagian yang rusak antara lain pemasangan eternity langit-langit. Tahun 1970 dilaksanakan pemugaran serambi timur dengan dana dari Yayasan Kur’an. Pertamina pernah memugar kompleks masjid dengan kegiatan mengganti lantai ruang utama, pembuatan pagar tembok keliling kompleks dengan lima gapura. Tahun 1987, dilaksanakan penggantian lantai serambi pemakaman utara dan cungkup makam sultah Hasanudin dengan marmer.

Deskripsi Bangunan

Masjid Agung Banten merupakan suatu kompleks dengan luas tanah 1,3 ha dan dikelilingi pagar tembok setinggi satu meter. Pada sisi tembok timur dan barat masing-masing terdapat dua buah gapura di bagian utara dan selatan yang letaknya sejajar. Bangunan masjid menghadap ke timur berdiri di atas pondasi massif dengan ketinggian satu meter dari halaman.

  • Ruang utama

Bangunan ruang utama berdenah empat persegi panjang dengan ukuran 25 x 19 m. Lantai dari ubin berukuran 30 x 30 cm berwarna hijau muda dan dibatasi dinding pada keempat sisinya. Dinding timur memisahkan ruang utama dengan serambi timur. Pada dinding ini terdapat empat pintu dengan lunamg angin yang merupakan pintu masuk utama. Pintu terletak di tengah bidang segi empat dari dinding yang mnonjol berukuran 174 x 98 cm dengan dua daun pintu dari kayu. Pintu bagian atas berbentuk lengkung setengah lingkaran. Lubang angin pada dinding timur ada uda buah yang mengapit pintu paling selatan berbentuk persegi panjang dan didalamnya terdapat segi tiga berjajar terdiri atas dua baris dan diantaranya terdapat hiasan motif kertas tempel.

Dinding barat tingginya 3,3 m memiliki tiga buah jendela berbentuk segi empat berukuran 180 x 152 cm dengan dua daun jendela berkaca buram. Lubang angin terdiri dari kumpulan segi tiga seperti dinding timur. Dinding barat tersebut berhiaskan pelipit rata, penyangga, setengah lingkaran, dan pelipit cekung. Dinding sisi utara membatasi ruang utama dengan serambi utara dengan sebuah pintu masuk berbentuk empat persegi panjang berukurab 240 x 125 cm, berdaun pintu dua dari kayu. Jendela pada dinding utara dua buah dengan dua daun jendela berbentuk segi empat berukuran 180 x 152 cm. Sedangkan dinding selatan hanya mempunyai satu pintu yang menghubungkan ruang utama dengan pawestren, terletak di dekat sudut barat dinding.
  • Tiang

Tiang yang terdapat pada ruang utama berjumlah 24 buah terdiri dari empat buah tiang utama dan 20 buah tiang penyangga. Tinggi tiang utama 11 meter terbuat dari kayu jati dengan bentuk segi delapan tanpa hiasan. Tiang-tiang yang lain tingginya berbeda. Tiang yang mempunyai ketinggian 7,30 m ada delapan buah, sedangkan sisanya 12 buah berukuran tinggi 4,40 m.

Tiang berdiri di atas umpak dari batu andesit berbentuk buah labu. Umpak tiang utama tingginya 50 cm dengan pelipit rata pada bagian atas dan bawahnya. Umpak-umpak yang ada di ruang utama tersebut bervariasi dengan bagian bawah dihiasi oleh pucuk daun yang mengarah ke baeah dan ada pula hiasan daun tumpang tindih
  • Mihrab

Mihrab berdiri di atas pondasi padat dengan etinggian 90 cm. Ruangan berukuran 196 x 90 cm, lantainya dari ubin dan tingginya 2 cm lebih tinggi dari lantai masjid. Tinggi bagian muka 206 cm dan tinggi bagian belakang 106 cm. Dinding mihrab berwarna kuning tanpa jendela.

Bagian muka terdapat dua buah tiang semu di kiri dan dua buah di kanan berbentuk balok. Tiang berdiri di atas pelipit rata yang mengelilingi seluruh ruangan masjid. Tinggi tiang semu 162 cm. Di atas tiang tersebut terdapat pelipit rata dan setengah lingkaran. Badan mihrab mempunyai hiasan berupa bingkai rata yang letaknya 167 cm dari lantai serambi. Atap mihrab berbentuk setengah lingkaran yang disangga oleh kedua tiang semu.
  • Mimbar

Mimbar masjid Agung Banten letaknya satu meter dari dinding barat, dan pondasi padat setinggi 90 cm. Bentuk pondasi empat persegi panjang berukuran 85 x 194 cm. Bagian bawah terdapat dua buah lubah arah utara-selatan. Tangga terdapat di muka dan terdiri anak tangga. Di ujung bawah tangga terdapat batu hitam bentuknya seperti pot bunga.

Mimbar berdenah empat persegi panjang berukuran 93 x 170 cm dengan dinding di sisi utara, barat, dan selatan. Di depan dinding utara dan selatan terdapat pipi dinding tubuh yang berhiaskan bingkai. Dalam mimbar terdapat tempat duduk dengan injakan kaki setinggi 16 cm. Pada sisi luar dinding tubuh mihrab terdapat dua hiasan dalam bidang segi empat sebanyak tiga buah di sisi utara-selatan.

Dinding bagian bawah berisi teratai mekar, tengah motif bingkai cermin, dan baian atas berisi motf oval yang di dalamnya ada lubang berbentuk daun semanggi. Pada setiap sudut panil terdapat hiasan daun yang diapit oleh semacam lukisan binatang.

Dibagian atas panil terdapat terdapat susunan pelipit yang diatasnya terdapat bidang persegi panjang di sisi utara, timur, dan barat, serta berhiaskan pilin ganda dengan posisi saling berhadapan dengan tanam-tanaman. Pada bagian atas muka mimbar terdapat penampil berbentuk lengkung di sisi timur yang di dalamnya terdapat tulisan Arab.
  • Pawestren

Pawestren adalah bangunan khusus yang di buat untuk shalat jama'ah wanita. Untuk masuk ke dalam pawestren ini harus melalui pintu di dinding utara yang menghubungkan dengan ruang utama. Pada dinding selatan terdapat juga pintu yang menghubungkan pawestren dengan serambi pemakaman selatan. Lubang angin di dinding ini berbentuk segi tiga dan hanya sebagian yang terbuka karena tertutup atap makam selatan. Dinding barat pawestren hanya terdapat lubang angin dengan bentuk kumpulan segi tiga dengan bunga sebagai hiasannya.
  • Makam Ruang Utama

Makam terletak dalam ruang utama bagian selatan. Makam yang terdapat di ruang utama letaknya memanjang dari arah timur ke barat. Sedangkan datu makam terdapat di utara ruangan dengan ukuran yang lebih kecil. Makam dilengkapi dngan jirat yang berukuran 100 x 80 x 60 cm dan nisan di ujung utara dan selatan jirat. Kesepuluh makam diberi tutup (atap) dari kain kelambu putih.

Pada dinding selatan terdapat pintu yang menghubungkan ruang makam dengan serambi pemakaman selatan. Bentuk pintu persegi empat dengan ukuran 206 x 113 cm dengan dua daun pintu kayu. Di kiri dan kanannya terdapat lubang angin dan dua jendela yang daun jendelanya berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 109 x 109 cm. Sedangkan dinding timur terdapat sebuah pintu dengan lubang angin.
  • Atap

Masjid Agung Banten memili atap lima tingkat, yang semakin keatas makin mengecil yang atapnya ditopang oleh tiang-tiang. Atap dari genteng dengan memolo pada puncaknya dengan tinggi 1,2 m dan terbuat dari tanah liat.
Serambi

Serambi yang terdapat di Masjid Agung Banten terdapat di keempat sisi dan merupakan serambi terbuka, kecuali serambi selatan yang dijadikan kompleks pemakaman. Dalam serambi terdapat 12 buah tiang kayu jati berbentuk segi delapan dan bagian atas segi empat. Tiang disangga oleh umpak batu berbentuk buah labu yang tingginya 40 cm. Tiang-tiang tersebut berfungsi sebagai penyangga atap. Atap serambi terpisah dari bangunan ruang utama dan merupakan atap tumpang dua berbentuk limasan.Serambi utara disebut juga selasar masjid dengan lebar 2,30 m dan lantainya dari tegel merah. Serambi mempunyai tangga yang terdiri atas lim anak tangga yang menghubungkan tempat wudhi. Serambi selatan berdenah persegi empat panjang dengan ukuran 24 x 9 m dan di dalamnya terdapat 15 makam yang letaknya tidak beraturan. Menurut pengurus masjid, salah satu makam tersebut adalah  makam Syeh Faqih Najmuddin (ulama besar di Banten).

Bangunan lain

Bangunan lain yang terdapat di Masjid Agung Banten adalah:
  • Kolam

Kolam berda di depan serambi timur berbentuk persegi panjang dan terbagi atas empat kotak yang dipisahkan oleh pematang tembok dan dihubungkan dengan lubang pada masing-masing pematang. Di sekeliling kolam terdapat tembok setinggi 1,20 m dan tebal 32,5 cm. Untuk mencapai kolam dipergunakan tangga turun sebanyak tiga anak tangga dari arah halaman dan lima anak tangga dari serambi timur.
  • Menara

Pada jarak 10 m dari kolam di bagian timur (depan) masjid terdapat menara berwarna kuning muda dan tingginya 23 m. Menara ini dapat dimasuki sampai ke atas melalui 82 anak tangga. Di dalam menara terdapat empat bagian pintu dan bentuknya sama dengan pintu masuk menara. Bangunan menara terbagi atas tiga bagian yaitu kaki, tubuh dan kepala.
  • Istiwa

Pada halaman timur dekat gapura depan bagian utara terdapat petunjuk waktu yang menggunakan sinar matahari (istiwa). Bentuk istiwa segi delapan dengan melebar pada bagian atasnya, terbuat dari semen berwarna kuning muda. Garis tengah istiwa bagian atas 249 cm dan tingginya 76 cm dari permukaan tanah. Bagian atas terdapat lubang sedalam 12 cm berbentuk lingkaran.
  • Tiamah

Bangunan lain di kompleks Masjid Agung Banten adalah tiamah, yaitu bangunan tambahan yang dahulu digunakan sebagai tempat bermusyawarah dan berdiskusi soal-soal keagamaan. Daerah bangunan persegi empat panjang yang berukuran 19,5 x 6,5 x 11,5 m dan terdiri dari dua tingkat. Masing-masing tingkat mempunyai tiga ruangan berderet dari barat ke timur. Ukuran ruangan barat dan timur masing-masing 5,62 x 5,30 m, sedangkan ruang tengah 7,25 x 5,60 m. Atap tiamah berbentuk limasan dan ditunjang oleh dinding-dindingnya.
  • Makam

Selain makam yang terdapat di ruang utama, dalam kompleks Masjid Agung Banten juga terdapat makam yang terletak di luar masjid. Makam ini merupakan suatu kompleks yang terdiri yang terdiri dari lima cungkup. Salah satu dari cungkup tersebut adalah cungkup makam Sultan Maulana Hasanuddin yang wafat pada tahun 1570 dan Sembilan makam sultan Banten lainnya beserta para istrinya.


Minggu, 25 September 2016

Kerajaan Banten

Kerajaan Banten merupakan kerajaan Islam yang terletak di Propinsi Banten. Mulanya, kerajaan Banten berada dibawah kekuasaan Kerajaan Demak. Namun, Banten berhasil melepaskan diri ketika mundurnya Kerajaan Demak. Pemimpin Kerajaan Banten pertama adalah Sultan Hasanuddin yang memerintah pada tahun 1522-1570. Sultan Hasanuddin berhasil membuat Banten sebagai pusat perdagangan dengan memperluas sampai ke daerah Lampung, penghasil lada di Sumatera Selatan. Tahun 1570 Sultan Hasanuddin meninggal kemudian dilanjutkan anaknya, Maulana Yusuf (1570-1580) yang berhasil menakhlukkan Kerajaan Pajajaran pada tahun 1579. Setelah itu, dilanjutkan oleh Maulana Muhammad (1585-1596) yang meninggal pada penakhlukkan Palembang sehingga tidak berhasil mempersempit gerakan Portugal di Nusantara.

Kejayaan Kerajaan Banten

Kerajaan Banten mencapai kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1682). Dimana, Banten membangun armada dengan contoh Eropa serta memberi upah kepada pekerja Eropa. Namun, Sultan Ageng Tirtayasa sangat menentang Belanda yang terbentuk dalam VOC dan berusaha keluar dari tekanan VOC yang telah memblokade kapal dagang menuju Banten. Selain itu, Banten juga melakukan monopoli Lada di Lampung yang menjadi perantara perdagangan dengan negara-negara lain sehingga Banten menjadi wilayah yang multi etnis dan perdagangannya berkembang dengan pesat.
Sejarah Kerajaan Banten

Kemunduran Kerajaan Banten

Kerajaan Banten mengalami kemunduruan berawal dari perselisihan antara Sultan Ageng dengan putranya, Sultan Haji atas dasar perebutan kekuasaan. Situasi ini dimanfaatkan oleh VOC dengan memihak kepada Sultan Haji. Kemudian Sultan Ageng bersama dua putranya yang lain bernama Pangeran Purbaya dan Syekh Yusuf terpaksa mundur dan pergi ke arah pedalaman Sunda. Namun, pada 14 Maret 1683 Sultan Ageng berhasil ditangkap dan ditahan di Batavia. Dilanjutkan pada 14 Desember 1683, Syekh Yusuf juga berhasil ditawan oleh VOC dan Pangeran purbaya akhirnya menyerahkan diri.

Atas kemenangannya itu, Sultan Haji memberikan balasan kepada VOC berupa penyerahan Lampung pada tahun 1682. Kemudian pada 22 Agustus 1682 terdapat surat perjanjian bahwa Hak monopoli perdagangan lada Lampung jatuh ketangan VOC. Sultan Haji meninggal pada tahun 1687. Setelah itu, VOC menguasai Banten sehingga pengangkatan Sultan Banten harus mendapat persetujuan Gubernur Jendral Hindian Belanda di Batavia.

Terpilihlah Sultan Abu Fadhl Muhammad Yahya sebagai pengganti Sultan Haji kemudian digantikan oleh Sultan Abul Mahasin Muhammad Zainul Aabidin. Pada tahun 1808-1810, Gubernur Hindia Jenderal Belanda menyerang Banten pada masa pemerintahan Sultan Muhammad bin Muhammad Muhyiddin Zainussalihin.

Penyerangan tersebut akibat Sultan menolak permintaan Hindia Belanda untuk memindahkan ibu kota Banten ke Anyer. Pada akhirnya, tahun 1813 Banten telah runtuh ditangan Inggris. Demikian penjelasan mengenai Sejarah Kerajaan Banten yang dapat anda ketahui, semoga brermanf
aat.

Kamis, 15 September 2016

Asal Usul Nama Banten

Suku Banten atau lebih tepatnya orang Banten adalah penduduk asli yang mendiami bekas daerah kekuasaan Kesultanan Banten di luar Parahyangan, Cirebon, dan Jakarta. Menurut sensus Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2000, suku Banten populasinya 2,1% dari penduduk Indonesia.Orang Banten menggunakan bahasa Banten. Bahasa Banten adalah salah satu dialek bahasa Sunda yang lebih dekat kepada bahasa Sunda kuno, pada tingkatan bahasa Sunda modern dikelompokkan sebagai bahasa kasar. Bahasa ini dilestarikan salah satunya melalui program berita Beja ti Lembur dalam bahasa Banten yang disiarkan siaran televisi lokal di wilayah Banten.

Kata Banten muncul jauh sebelum berdirinya Kesultanan Banten. Kata ini digunakan untuk menamai sebuah sungai dan daerah sekelilingnya yaitu Cibanten atau sungai Banten. Rujukan tertulis pertama mengenai Banten dapat ditemukan pada naskah Sunda Kuno Bujangga Manik yang menyebutkan nama-nama tempat di Banten dan sekitarnya sebagai berikut:

Tanggeran Labuhan Ratu, Ti kaler alas Panyawung, tanggeran na alas Banten, Itu ta na gunung (...)ler, tanggeran alas Pamekser, nu awas ka Tanjak Barat, Itu ta pulo Sanghiang, heuleut-heuleut nusa Lampung, Ti timur pulo Tampurung, ti barat pulo Rakata, gunung di tengah sagara. Itu ta gunung Jereding, tanggeran na alas Mirah, ti barat na lengkong Gowong, Itu ta gunung Sudara, na gunung Guha Bantayan, tanggeran na Hujung Kulan, ti barat bukit Cawiri. Itu ta na gunung Raksa, gunung Sri Mahapawitra, tanggeran na Panahitan.

Dataran lebih tinggi yang dilalui sungai ini disebut Cibanten Girang atau disingkat Banten Girang. Berdasarkan riset yang dilakukan di Banten Girang pada 1988 dalam program Franco-Indonesian excavations, di daerah ini telah ada pemukiman sejak abad ke 11 sampai 12 (saat kerajaan Sunda). Berdasarkan riset ini juga diketahui bahwa daerah ini berkembang pesat pada abad ke-16 saat Islam masuk pertama kali di wilayah ini. Perkembangan pemukiman ini kemudian meluas atau bergeser ke arah Serang dan ke arah pantai. Pada daerah pantai inilah kemudian didirikan Kesultanan Banten oleh Sunan Gunung Jati. Kesultanan ini seharusnya menguasai seluruh bekas Kerajaan Sunda di Jawa Barat. Hanya saja SUnda Kalapa atau Batavia direbut oleh Belanda sera Cirebon dan Parahyangan direbut oleh Mataram. Daerah kesultanan ini kemudian diubah menjadi keresidenan pada zaman penjajahan Belanda.

Orang asing kadang menyebut penduduk yang tinggal pada bekas keresidenan ini sebagai Bantenese yang mempunyai arti "orang Banten". Contohnya, Guillot Claude menulis pada halaman 35 bukunya The Sultanate of Banten: "These estates, owned by Bantense of Chinese origin, were concentrated around the village of Kelapadua." Dia menyatakan bahwa keturunan Cina juga adalah Bantenese atau penduduk Banten.

Hanya setelah dibentuknya Provinsi Banten, ada sebagian orang menerjemahkan Bantenese menjadi suku Banten sebagai kesatuan etnik dengan budaya yang unik.

Rabu, 14 September 2016

[INDEX] Daftar Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan

  1. Filsafat Pendidikan
  2. Filsafat Immanuel Kant
  3. [INDEX] Daftar Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan
  4. Asal Usul Nama Banten
  5. Kerajaan Banten
  6. Sejarah Masjid Agung Banten
  7. Kokohnya Benteng Speelwijk
  8. Kemegahan Keraton Surosowan
  9. Vihara Avalokitesvara, Vihara Tertua di Banten
  10. Prasasti Cinta Dua Agama di Era Kesultanan Banten
  11. Situs Banten Girang
  12. Goa Banten Girang
  13. Gunung Pulasari, Kunci Penaklukkan Banten Girang oleh Sunan Gunung Jati
  14. Legenda Meriam Jelmaan Prajurit Demak yang Dikutuk
  15. Meriam Ki Amuk
  16. Jembatan Rante yang Tak Terurus
  17. Menelusuri Sejarah Pasar dan Pelabuhan Karangantu
  18. Kisah Masjid Pacinan Tinggi
  19. Keraton Kaibon, Hadiah Untuk Sang Bunda
  20. Semua Tentang Nama Anyar 
  21. Filosofi Danau Tasikardi
  22. Filosofi Mercusuar Anyer
  23. Filosifi Nama Karang Bolong
  24. Kisah Gunung Pinang
  25. Filosofi Bendungan Lama dan Asal usul Nama Pamarayan
  26. Seni Mistik Tanah Banten
  27. Filosofi Jawara di Banten
  28. Menapaki Jejak Jawara di Banten
  29. Terminologi Jawara, Jagoan, dan Preman
  30. Filosofi Sate Khas Banten
  31. Senjata Khas Jawara Banten
  32. Tari Keceriaan Musim Panen dari Banten
  33. Sejarah Wilayah Serang
  34. Filosofi Rumah Adat Orang Baduy
  35. Filosofi Pakaian Adat Baduy
  36. Filosofi Batik Banten
  37. Filosofi Sumur Tujuh Gunung Karang
  38. Filosofi Banten Peras
  39. Filosofi Logo Banten
  40. Filosofi Banten Pejati
  41. Filosofi Golok Dari Cilegon
  42. Sejarah Asal-usul Nama Indonesia
  43. Filosofi Pancasila
  44. Filosofi Lambang Gerakan Pramuka
  45. Filosofi Matematika Sebagai Kehidupan
  46. Filosofi Dari Kehidupan Para Pendaki Gunung
  47. Filosifi Kehidupan Dari Sebuah Lilin
  48. Makna Filosofi Dalam Kupu-Kupu
  49. Filosofi Catur (The Philosophy Of Chess)
  50. Filosofi Jawa
  51. Memaknai Hidup Dengan Secangkir Teh
  52. Filosofi Kopi Hitam
  53. Dibalik Mawar Yang Anda Berikan
  54. Misteri Angga 8
  55. Filosofi Coklat
  56. Pelajaran Hidup dalam Futsal
  57. Hidup Di Balik Hujan
  58. Perbedaan Itu Indah (Pelangi)
  59. Makna Dari Bulan Bintang
  60. Filosofi Lebah
  61. Manggis Simbol Kejujuran
  62. Filosofi Sebuah Kertas
  63. Filosofi Kacamata
  64. Tetap Kompak Layaknya Sapu Lidi
  65. Pelajaran Hidup Dari Semut
  66. Makna Sebuah Senyuman
  67. Dibalik Sebuah Senyuman Yang Indah
  68. Karena Air Tahu Kemana Harus Bermuara
  69. Menguak Sejarah, Makna dan Filosofi Ketupat dalam Tradisi Lebaran
  70. Motivasi Dari Seekor Belalang
  71. Dibalik Kokohnya Pohon Bambu
  72. Filosofi Bunga Matahari
  73. Indahnya Bunga Sakura
  74. Segudang Manfaat Pohon Kelapa
  75. 8 Sifat Unggul Pemimpin Menurut Filosofi Jawa Hasta Brata
  76. 10 Rahasia Dari Angka 0
  77. Makna Filosofi Bunga Teratai
  78. Mengenal Bunga Lotus dan Filosofinya
  79. Belajar Hidup Pantang Menyerah dari Fiosofi Pohon Pisang
  80. Filosofi Kepemimpinan Sejati dari 5 Jari Tangan
  81. Pertanyaan Filosofi yang Bisa Ubah Hidupmu Jadi Lebih Baik
  82. Makna Filosofi Cincin Pernikahan di Jari Manis
  83. Makna Filosofi Permainan Egrang "Keep Moving Forward"
  84. Makna Filosofi Permainan Congklak (Dakon)
  85. Nilai Karakter dan Filosofi Permainan Gobak Sodor
  86. Filosofi Dan Sejarah Mimpi
  87. Rahasia Sifat Seseorang Dibalik Tulisan Tangan
  88. Filosofi Sebuah Cahaya
  89. Menyelami Kekuatan Filosofis Nama
  90. Filosifi Dari Sebingkai Fot
  91. Filosofi sebuah daun
  92. Filosofi Pensil
  93. Folosofi Penghapus
  94. Latar Belakang Filsafat
  95. Ciri Ciri Filsafat
  96. Cabang - Cabang Filsafat
  97. Aliran Filsafat Pendidikan
  98. Pandangan Seseorang Tentang Filsafat
  99. Filsafat Sebagai Ilmu Berfikir
  100. Hubungan Antara Fisafat dan Ilmu
  101. Manfaat Mempelajari Filsafat
  102. Filosofi Manusia Hidup di Dunia
  103. Arti Kata Filsafat
  104. Hubungan Filsafat dan Agama
  105. Manusia dan Filsafat
  106. Siapakah manusia?
  107. Bagaimana asal usul manusia menurut Agama Islam?
  108. Mengapa manusia diciptakan?
  109. Apa sebenarnya tugas manusia dimuka bumi ini?
  110. Bagaimana dengan fungsi manusia?
  111. Apa tujuan hidup manusia?
  112. Apa kedudukan manusia di bumi?
  113. Apa yang membedakan manusia dengan makhluk lain?
  114. Mengapa manusia harus berilmu?
  115. Lalu siapa saya?

Senin, 12 September 2016

Filsafat Immanuel Kant

Immanuel Kant adalah filsuf modern yang paling berpengaruh. Pendirian aliran rasionalisme dan empirisme sangat bertolak belakang. Rasionalisme berpendirian bahwa rasio merupakan sumber pengenalan atau pengetahuan, sedangkan empirisme berpendirian sebaliknya bahwa pengalaman menjadi sumber tersebut. Tokoh utama Kritisisme adalah Immanuel Kant yang melahirkan Kantianisme. Kant kerap dipandang sebagai tokoh paling menonjol dalam bidang filsafat setelah era yunani kuno. Perpaduannya antara rasionalisme dan empirisme yang ia sebut dengan kritisisme, ia mengatakan bahwa pengalaman kita berada dalam bentuk-bentuk yang ditentukan oleh perangkat indrawi kita, maka hanya dalam bentuk-bentuk itulah kita menggambarkan eksitensi segala hal. Kant dengan pemikirannya membangun pemikiran baru, yakni yang disebut denagan kritisisme yang bertolak belakang terhadap seluruh filsafat sebelumnnya yang dianggap sebagai dogmatisme. Artinya, filsafat sebelum dianggap kant domatis karena begitu saja kemampuan rasio manusia dipercaya, padahal batas rasio harus diteliti dulu.

Pemikiran Kritisisme Immanuel Kant Filsafat yang dikenal dengan kritisisme adalah filsafat yang diintrodusir oleh Immanuel kant. Kritisisme adalah filsafat yang memulai perjalanannya dengan terlebih dahulu menyelidiki kemampuan dan batas-batas rasio. Perkembangan ilmu Immanuel Kant mencoba untuk menjebatani pandangan Rasionalisme dan Empirisisme, teori dalam aliran filsafat Kritisisme adalah sebuah teori pengetahuan yang berusaha untuk mempersatukan kedua macam unsur dari filsafat Rasionalisme dan disini kekuatan kritis filsafat sangatlah penting, karena ia bisa menghindari kemungkinan ilmu pengetahuan menjadi sebuah dogma. Filsafat ini memulai pelajarannya dengan menyelidiki batas-batas kemampuan rasio sebagai sumber pengetahuan manusia. Oleh karena itu, kritisisme sangat berbeda dengan corak filsafat modern sebelumnya yang mempercayai kemampuan rasio secara mutlak. Isi utama dari kritisisme adalah gagasan Immanuel Kant tentang teori pengetahuan, etika dan estetika. Gagasan ini muncul karena adanya pertanyaan-pertanyaan mendasar yang timbul pada pemikiran Immanuel Kant. Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut:
1.           Apakah yang dapat kita ketahui? (Metafisika)
2.           Apakah yang boleh kita lakukan? (Etika)
3.           Sampai di manakah pengharapan kita? (Agama)
4.           Apakah manusia itu? (Antropologi)



1. Pemikiran Kant tentang metafisika

Metafisika adalah studi keberada atau realitas. Metafisika mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti: Apakah sumber dari suatu realitas? Apakah Tuhan ada? Apa tempat manusia di dalam semesta? Cabang utama metafisika adalah ontologi, studi mengenai kategorisasi benda-benda di alam dan hubungan antara satu dan lainnya.
Berbeda dengan tokoh yang lainnya yang menolak metafisika, Kant mempertanyakan metafisika untuk merekonstruksi metafisika yang sudah ada. Ia membuang metafisika tradisional yang diwariskan  Aristoteles (filsuf Yunani) dan Thomas (filsuf skolastik) dengan eviden sebagai dasarnya. Eviden yang dimaksud Kant adalah dualisme kritisisme yang ekstrem yakni pengetahuan dan kenyataan yang terpisah oleh jurang yang tidak dapat diseberangi.
Metafisika tradisional menganggap Tuhan sebagai causa prima (penyebab pertama dari segala sesuatu). Asumsi ini ditolak Kant. Menurutnya Tuhan bukanlah obyek pengalaman dengan kategori kausalitas pada tingkat akal budi (verstand), melainkan ada pada bidang atau pandangan yang melampaui akal budi, yakni bidang rasio (vernunft).
Bagi Kant, pembuktian Tuhan sebagai causa prima tidak bisa diterima. Ada tidaknya Tuhan mustahil dibuktikan. Tuhan ditempatkan Kant sebagai postulat bagi tindakan moral pada rasio praktis.
Langkah awal Kant dalam merekonstruksi metafisika adalah mengungkapkan dua keputusan yakni sintetik dan analitik seperti dimuat dalam Critique of Pure Reason (Kritik Rasio Murni). Keputusan sintetik adalah keputusan dengan predikat tidak ada dalam konsep subyek yang artinya menambahkan sesuatu yang baru pada subyek (Adian, 2000). Keputusan analitik adalah keputusan dengan predikat terkandung dalam subyek. Misalnya proposisi semua tubuh berkeluasan. Predikat berkeluasan sudah terkandung dalam semua tubuh(Adian, 2000).
Menurut Kant,  dalam metafisika tidak terdapat pernyataan-pernyataan sintetik a prioriseperti yang ada di dalam matematika, fisika dan ilmu-ilmu yang berdasar kepada fakta empiris.  Kant menamakan metafisika sebagai “ilusi transenden” (a transcendental illusion). Menurut Kant, pernyataan-pernyataan metafisika tidak memiliki nilai epistemologis.  
2. Pemikiran Kant  tantang Etika (Deontologi)
Etika disebut juga filsafat moral, yang berasal dari kata ethos(Yunani) yang berarti watak. Moral berasal dari kata mos atau mores(Latin) yang artinya kebiasaan. Objek material etika adalah tingkah laku atau perbuatan manusia, sedang objek formal etika adalah kebaikan atau keburukan, bermoral atau tidak bermoral.
Moralitas manusia adalah objek kajian etika yang telah berusia sangat lama. Sejak manusia terbentuk, persoalan perilaku yang sesuai dengan moralitas telah menjadi bahasan. Berkaitan dengan hal itu, kemudian muncul dua teori yang menjelaskan bagaimana suatu perilaku itu dapat diukur secara etis yaitu Deontologis dan Teologis. Teori Deontologis dihasilkan oleh pemikiran Immanuel Kant.
Deontologi berasal dari kata Deon (Yunani) yang berarti kewajiban. Menurut teori ini perbuatan adalah baik jika dilakukan berdasarkan “imperatif kategoris” (perintah tak bersyarat). Yang menjadi dasar bagi baik buruknya perbuatan adalah kewajiban dan tujuan yang baik tidak menjadikan perbuatan itu baik.
Etika Immanuel Kant diawali dengan pernyataan bahwa satu-satunya hal baik yang tak terbatasi dan tanpa pengecualian adalah “kehendak baik”. Sejauh orang berkehendak baik maka orang itu baik, penilaian bahwa sesorang itu baik sama sekali tidak tergantung pada hal-hal diluar dirinya, tak ada yang baik dalam dirinya sendiri kecuali kehendak baik. Wujud dari kehendak baik yang dimiliki seseorang adalah bahwa ia mau menjalankan Kewajiban. Setiap tindakan yang kita lakukan adalah untuk menjalankan kewajiban sebagai hukum batin yang di taati, tindakan itulah yang mencapai moralitas.
Etika deontologi sangat menekankan motivasi, kemauan baik dan watak yang kuat dari perilaku. Kemauan baik adalah syarat mutlak untuk bertindak secara moral. Tindakan yang baik adalah tindakan yang tidak saja sesuai dengan kewajiban melainkan juga yang dijalankan demi kewajiban.
Kewajiban menurutnya adalah keharusan tindakan demi hormat terhadap hukum, tidak peduli apakah itu membuat kita nyaman atau tidak, senang atau tidak, cocok atau tidak, pokoknya aku wajib menaatinya. Ketaatan ini muncul dari sikap batin yang merupakan wujud dari kehendak baik yang ada didalam diri.
Tiga prinsip yang harus dipenuhi: Pertama,  supaya suatu tindakan mempunyai nilai moral, tindakan itu harus dijalankan berdasarkan kewajiban. Kedua, nilai moral dari tindakan itu tidak tergantung pada tercapainya tujuan dari tindakan itu melainkan tergantung pada kemauan baik yang mendorong seseorang untuk melakukan tindakan itu (walaupun tujuannya tidak tercapai, tindakan itu sudah dinilai baik). Ketiga, sebagai konsekuensi dari kedua prinsip itu, kewajiban adalah hal tindakan yang dilakukan berdasarkan sikap hormat pada hukum moral universal.
Menurut Kant ada tiga kemungkinan seseorang menjalankan kewajibannya, pertama, ia memenuhi kewajiban karena hal itu menguntungkannya. Kedua, ia memenuhi kewajibannya karena ia terdorong dari perasaan yang ada didalam hatinya, misalnya rasa kasihan. Ketiga, ia memenuhi kewajibannya kerena kewajibannya tersebut, karena memang ia mau memenuhi kewajibannya.
3. Pemikiran Immanuel Kant Tentang Agama dan Tuhan.
Meskipun Kant lebih dikenal sebagai filsuf yang berkecimpung dalam bidang epistemologi dan etika, tetapi kajian tentang Tuhan pun tak luput dari penelaahannya. Dalam bidang keagamaan atau Teologi, Kant menolak bukti-bukti “onto-teologis” adanya Tuhan. Artinya, menurutnya, Tuhan itu, statusnya bukan “objek” inderawi, melainkan a priori yang terletak pada lapisan ketiga (budi tertinggi) dan berupa “postulat” (Asumsi yg menjadi pangkal dalil yg dianggap benar tanpa perlu membuktikannya; anggapan dasar).
Immanuel Kant  berargumentasi bahwa konsep seseorang tentang Tuhan harus berasal dari penalaran; oleh karena itu, ia menyerang bukti-bukti tentang keberadaan Tuhan, dengan menyangkali keabsahannya. Kant berpendapat bahwa tidak dapat ada terpisah pengalaman yang dapat dibuktikan melalui pengujian. Dalam hal ini, Kant mengkombinasikan rasionalisme (kebertumpuan pada penalaran manusia) dan empirisme (pembuktian sesuatu berdasar metode ilmiah).
Bagi Kant, Tuhan bukanlah soal teoretis, melainkan soal praktis, soal moral, soal totalitas pengalaman, dan arti atau makna hidup terdalam (ini dampak positifnya). Dampak negatifnya adalah bahwa sebagai “postulat’ (penjamin) moralitas, Tuhan adalah konsekuensi moralitas, maka moralitas merupakan dasar keberadaan Tuhan. Karena itu, muncul tendensi pada Kant untuk meletakkan agama hanya pada tataran moralitas semata atau perkara horizontal saja (hubungan antar manusia saja atau soal perilaku di dunia ini saja). Konsekuensinya, agamanya Kant, tidak memerlukan credo (kepercayaan).
Kant menyatakan bahwa memang Tuhan hanya bisa didekati melalui iman dan iman itu dilandasi oleh hukum moral. Hukum moral mewajibkan kita untuk selalu melakukan kebaikan. Tetapi hukum moral ini mensyaratkan tiga hal utama, yaitu: kebebasan, keabadian jiwa, dan keberadaan tuhan.
Pertama, kewajiban tentu mengandaikan kebebasan. Kita bebas untuk tidak menjalankan hukum moral untuk melakukan kebaikan. Maka kemudian hukum moral menjadi wajib. Kebaikan menjadi wajib dilakukan. Apabila tidak ada kebebasan maka tidak akan ada kewajiban. Karena manusia bebas untuk melakukan atau tidak melakukan kebaikan maka kemudian muncul kewajiban untuk melakukan kebaikan.
Kedua, adalah keabadian jiwa. Hukum moral bertujuan untuk mencapai kebaikan tertinggi. Kebaikan tertinggi ini mengandung elemen keutamaan dan kebahagiaan. Orang dinyatakan memiliki keutamaan apabila perbuatannya sesuai dengan hukum moral. Dari keutamaan inilah kemudian muncul kebahagiaan.
Tetapi menurut Kant, manusia itu tidak akan selalu mencapai kondisi keutamaan. Tidak akan pernah manusia mencapai kesesuaian kehendak dengan hukum moral. Karena apabila manusia bisa mencapai kesesuaian ini tanpa putus maka itu adalah kesucian dan tidak ada manusia yang akan pernah mencapai kesucian mutlak. Manusia hanya akan selalu berusaha untuk mencapai kesucian itu, dan itu adalah perjuangan tanpa akhir. Karena egoisme dan sifat dasar manusia lainnya, maka perjuangan mencapai kesucian itu adalah perjuangan tanpa akhir. Oleh sebab itu, keutamaan yang menjadi elemen kebaikan tertinggi yang menurpakan tujuan akhir dari hukum moral tidak akan pernah bisa direalisasikan selama manusia hidup. Dengan kata lain kondisi ideal dimana terjadi kesesuaian antara kehendak dan hukum moral adalah jika manusia sudah tidak memiliki kehendak (mati), tetapi apabila setelah mati tidak ada kehidupan maka kondisi ideal itu juga tidak akan tercapai. Oleh sebab itu, maka hukum moral mengandaikan bahwa jiwa itu abadi. Bahkan setelah raga ini mati jiwa akan selalu abadi untuk mencapai kondisi ideal berupa kebaikan tertinggi.
Ketiga, adalah keberadaan tuhan. Telah dijelaskan bahwa kebaikan tertinggi memiliki elemen keutamaan dan kebahagaiaan. Keutamaan adalah kesesuaian antara kehendak dengan hukum moral dan dari keutamaan inilah muncul kebahagiaan. Kebahagiaan sendiri adalah kondisi di mana realitas manusia sesuai dengan keinginan dan kehendaknya. Tapi hal itu tidaklah mungkin karena manusia bukan yang maha pengatur yang bisa mengharmoniskan dunia fisik sesuai dengan kehendak dan keinginannya. Tapi justru itulah yang diandaikan apabila kita memiliki keutamaan. Kebahagiaan diandaikan sebagai sintesis dari dunia fisik, kehendak, dan keinginan. Realitas inilah yang kemudian disebut tuhan. Tuhan adalah penyebab tertinggi alam sejauh alam itu diandaikan untuk kebaikan tertinggi atau tuhan adalah pencipta alam fisik yang sesuai dengan kehendak dan keinginan-Nya.
Apabila kita bertindak sesuai hukum moral maka akan membawa kita pada keutamaan dan keutamaan akan membawa kita pada kebahagiaan dan kebahagiaan adalah kondisi di mana terdapat kesesuaian antara alam fisik dengan kehendak dan keinginan. Dan yang memiliki kesesuaian ketiga elemen ini adalah Tuhan. Maka, dengan berbuat baik kita akan sampai pada realitas keberadaan Tuhan. Artinya hukum moral mengandaikan keberadaan Tuhan.
Jika tiga syarat (kebebasan, keabadian jiwa, dan keberadaan tuhan) ini tidak diandaikan keberadaanya, maka runtuhlah sistem moral. Padalah sistem moral itu selalu ada. Kebaikan selalu ada dan manusia selalu mencoba mewujudkan kebaikan tersebut.
4. Pandangan Imamuel Kant tantang Manusia.
Kant mengatakan bahwa hanya manusialah tujuan pada dirinya, dan bukan semata-mata alat atau sarana yang boleh diperlakukan sewenang-wenang. Di dalam segala tindakan manusia baik yang ditujukan kepada dirinya sendiri maupun kepada orang lain, manusia harus dipandang serentak sebagai tujuan.
Bagi Kant, manusialah aktor yang mengkonstruksi dunianya sendiri. Melalui a priori formal, jiwa manusia mengatur data kasar pengalaman (pengindraan) dan kemudian membangun ilmu-ilmu matematika dan fisika. Melalui kehendak yang otonomlah jiwa membangun moralitas. Dan melalui perasaan (sentiment) manusia menempatkan realitas dalam hubungannya dengan tujuan tertentu yang hendak dicapai (finalitas) serta memahami semuanya secara in heren sebagai yang memiliki tendensi kepada kesatuan.
Adapun jawaban dari keempat pertanyaan tersebut di atas adalah:
1. Apa-apa yang harus diketahui manusia haanyalah yang dipersepsi dengan panca indera. Lain dari pada itu merupakan ilusi, hanyalah ide.
2. Semua yang harus dilakukan manusia harus bisa diangkat menjadi sebuah peraturan umum, misalnya dilarang mencuri.
3. Yang bisa diharapkan manusia ditentukan oleh akal budinya.
4. Manusia merupakan pelaku (aktor) dari ketiga pertanyaan sebelumnya.


Daftar Pustaka:
Bagus, Lorens, Kamus Filsafat, Cet: V, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2005).
Hardiman, F. Budi, Filsafat Modern, Cet: I, (Jakarta: PT. Ikrar Mandiriabadi, 2004).
Hawasi. (2003). Immanuel Kant: Langit Berbintang di Atasku Hukum Moral di Batinku. Jakarta: Poliyama Widyapustaka.
Sitorus, Fitzgerald K. (2007). Immanuel Kant: Tuhan sebagai Postulat Akal Budi Praktis. Paper Diskusi Tuhan dan Agama di Mata Para Filsuf. PSIK Universitas Paramadina.